Sabtu, 25 Oktober 2014

PENGARUH STRATEGI ACTIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI PEMBELAJARAN KALOR



PENGARUH PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KALOR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 MARTAPURA TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

A.      Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan relatif tetap dan sistematik untuk memperoleh suatu hasil tertentu. Ahmadi (2004:16) mengatakan, ”Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan tujuan membantu siswa memperoleh berbagai pengalaman sehingga terjadi perubahan tingkah laku”. Perubahan perilaku yang dimaksud dalam pengertian tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap serta perilaku siswa. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa dapat memperoleh hasil belajar secara maksimal.
Hamalik (2008:31) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahun menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sementara Purwanto (2010:28) mengatakan, ”Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang  dalam  usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Dua pengertian hasil belajar tersebut memberikan pemahaman bahwa hasil belajar adalah segala bentuk perubahan yang dialami siswa setelah mengikuti proses pembelajaran seperti dari tidak mengetahui menjadi mengetahui.
Hasil belajar yang maksimal merupakan tujuan dari setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran Fisika. Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat sains adalah ilmu pengetahuan yang objek pengamatannya adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan, serta manusia. Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode berdasarkan observasi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Hakikat pembelajaran sains sebagaimana dijelaskan Ost dan George (2013:1) yaitu … science is human activity that has evolved as an intellectual tool to facilitate describing and ordering  the environment. Once one accepts the idea that science does not exist in any other realm but the mind, it ceases to be a “thing”, an entity with its own existence. Though scientific truth or fact is ideally objective, it is subject to human perception and logic …. As a method, science is relatively stable and universally applied, while as body of knowledge, it is constantly changing. Artinya, sains adalah aktivitas manusia yang telah berkembang sebagai sebuah perangkat intelektual untuk memudahkan menggambarkan dan mengatur lingkungan. Sesekali diterima akal bahwa sains tidak terdapat dalam realm yang lain kecuali ingatan yang mengendap menjadi sesuatu, sebuah kesatuan yang muncul dengan eksistensinya. Kebenaran ilmiah atau fakta adalah sasaran yang diharapkan, yang merupakan dasar bagi persepsi dan logika manusia. Sebagai metode, sains relatif stabil dan berlaku universal, sementara sebagai kumpulan pengetahuan, sains mengalami perubahan secara terus menerus (Ambarwati, 2014).
Salah satu bentuk pembelajaran sains adalah pembelajaran mata pelajaran Fisika. Menurut Karso (1993:71) Fisika merupakan ilmu yang lahir dan dikembangkan melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis lewat eksperimen, pengajuan kesimpulan, dan pengajuan teori atau konsep. Fisika adalah suatu ilmu yang tujuannya  mempelajari komponen materi serta berbagai interaksinya. Murdilarto (2013:1) menjelaskan bahwa Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam yang begitu indah dan dengan rapi dapat dideskripsikan secara matematis. Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains termasuk Fisika. Sains dan kehidupan manusia selama empat abad terakhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat dramatis berkat keberhasilan manusia dalam menganalisis dan mendeskripsikan alam secara matematis sehingga terbentuk pengetahuan yang logis.
Pencapaian tujuan pembelajaran Fisika sebagaimana tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketercapaian hasil belajar Fisika siswa adalah ketepatan guru dalam memilih serta menerapkan metode pembelajaran. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Sumiati (2008:43) bahwa keberhasilan guru dalam mengajar di kelas, ditentukan oleh banyak faktor seperti persiapan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, model pembelajaran serta pemahaman guru terhadap perkembangan psikologis anak.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sekarang kurang mendapatkan perhatian terutama dari guru. Hal tersebut sebagaimana terjadi di SMP Negeri 1 Martapura pada pembelajaran Fisika. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan pada hari Senin tanggal 2 Desember 2013 diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP Negeri 1 Martapura guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa dipadu dengan strategi pembelajaran apapun. Pembelajaran Fisika hanya disampaikan secara oral yaitu menjelaskan materi pelajaran secara lisan kemudian menugaskan siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Pembelajaran sebagaimana tersebut mengakibatkan aktivitas serta keterlibatan siswa pada proses pembelajaran menjadi rendah sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga rendah. Hal tersebut sebagaimana ditunjukkan hasil dokumentasi nilai harian bahwa dari 33 siswa kelas VII-2 SMP Negeri 1 Martapura semester genap Tahun Pembelajaran 2013/2014 hanya terdapat 5 siswa (15,15%) dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan memperoleh nilai >75 sedangkan 28 siswa (84,85%) lainnya belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan masalah yang ditemukan yaitu rendahnya hasil belajar Fisika siswa  peneliti tertarik mengadakan penelitian berbentuk eksperimental dengan mengujicobakan strategi Active Learning dalam pembelajaran Fisika materi pembelajaran Kalor siswa SMP Negeri 1 Martapura. Zaini (2008:xiv) menjelaskan bahwa strategi Active Learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif sehingga siswa dapat mendominasi kegiaan pembelajaran serta dapat turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.
Ketertarikan peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Martapura didasarkan hasil observasi pendahuluan yang menunjukkan adanya masalah dalam pembelajaran Fisika di SMP Negeri 1 Martapura. Peneliti berupaya mengujicobakan penerapan strategi pembelajaran Active Learning. Oleh karena itu, Pada penelitian ini dirumuskan judul “Pengaruh Penerapan Strategi Active Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014”.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan kerangka konseptual yang dirumuskan peneliti agar penelitian dapat lebih terfokus. Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya untuk dicarikan jawabannya melalui penelitian berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang masalah. Oleh karena itu, berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh penerapan strategi Active Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014?”. Masalah sebagaimana telah dirumuskan dapat diperinci menjadi beberapa rincian masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimanakah hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan strategi Active Learning pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014?
2.         Bagaimanakah hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan strategi konvensional pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014?
3.         Apakah terdapat pengaruh penerapan strategi Active Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014?

C.      Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi Active Learning terhadap hasil belajar Fisika materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014. Selain itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh strategi Active Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014.

D.      Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran Fisika pada materi pembelajaran Kalor menggunakan strategi pembelajaran berbasis aktivitas belajar siswa yaitu strategi Active Learning. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi tambahan bagi para guru dalam mengelola pembelajaran berbasis aktivitas belajar siswa. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika khususnya pada materi pembelajaran Kalor.


E.       Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2010:81) mengatakan, ”Hipotesis dalam statistik diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi”. Hipotesis penelitian terbagi dua yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nihil. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja (Ha) adalah hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data nyata dilapangan. Hipotesis alternatif dirumuskan dengan kalimat positif seperti “terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y”, sedangkan hipotesis nihil (Ho atau H1) adalah pernyataan tidak adanya hubungan, pengaruh, atau perbedaan antara parameter. Hipotesis nihil dirumuskan dengan  kalimat  negatif seperti “tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y”. Berdasarkan penjelasan pengertian dan pembagian hipotesis, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H0:    Tidak terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014.
Ha:     Terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014.

F.       Landasan Teori
1.    Pengertian Strategi Active Learning
Pada proses pembelajaran siswa diharapkan dapat terlibat serta berpartisipasi secara aktif. Hal tersebut karena dalam proses pembelajaran siswa adalah subjek pembelajaran, bukan sebagai objek yang dapat diolah sekehendak hati oleh guru. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran guru hendaknya dapat memberikan berbagai stimulus agar siswa dapat berperan aktif mengikuti proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat digunakan guru adalah memilih strategi pembelajaran berbasis aktifitas belajar siswa seperti strategi Active Learning.
Berkaitan pengertian strategi Active Learning, Isjoni (2008:113) menjelaskan bahwa strategi Active Learning merupakan strategi pembelajaran berbasis aktifitas belajar siswa. Strategi  Active Learning menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Pada penerapan strategi Active Learning siswa dituntut untuk selalu berperan serta berpartisipasi aktif mengikuti semua proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Siswa merupakan subjek belajar sehingga pada penerapan strategi Active Learning peran guru tidak lebih hanya sebagai fasilitator serta patner siswa dalam belajar.
Strategi Active Learning merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran dengan menekankan keterlibatan baik intelektual dan emosional siswa secara aktif. Pada penerapan strategi Active Learning siswa benar-benar dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih baik. Siswa di pandang sebagai objek dan sebagai subjek. Yasin (2008:180) mengatakan bahwa strategi Active Learning adalah strategi pembelajaran dimana proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh siswa dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah sedang dipelajari. Peran aktif siswa pada penerapan strategi Active Learning ditujukan agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap berbagai masalah dalam pembelajaran, mampu memecahkan masalah secara mandiri, menyiapkan mental serta melatih ketrampilan fisik siswa.
Penerapan strategi Active Learning dilaksanakan dengan menekankan pada proses  pemberdayaan seluruh potensi  dimiliki  siswa. Berkaitan  dengan proses pemberdayaan seluruh potensi siswa, Yasin (2008:181) menjelaskan bahwa cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini digunakan oleh para guru dalam proses pembelajaran. Mendidik dengan ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui pendengaran yamg hanya bisa dicerna otak siswa 20%. Padahal informasi yang dipelajari siswa bisa saja dari membaca (10%), melihat (30%), melihat dan dengar (50%), mengatakan (70%), mengatakan dan melakukan (90%). Hal ini sesuai dengan pendapat seorang filosof cina Konfusius bahwa apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat dan apa yang saya lakukan, itulah yang saya pahami.
Siswa dengan potensi dasar yang dimilikinya termasuk potensi otak perlu diaktifkan. Proses pengaktifan seluruh potensi dimiliki siswa dapat dilakukan melalui penekanan pada aktifitas belajar siswa melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis aktifitas belajar siswa seperti strategi Active Learning. Sudjana (2008:33) menyebutkan beberapa ciri yang harus nampak dalam proses pembelajaran menggunakan strategi Active Learning sebagai berikut:
1.         Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.
2.         Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
3.         Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai sumber belajar.
4.         Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-masing siwa secara mandiri. Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan terencana.
5.         Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi bagaikan hubungan bapak anak, bukannya hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi persoalan belajar.
6.         Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
7.         Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.
8.         Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
9.         Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangiatau menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan harus mendorong siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.
Berdasarkan pengertian serta ciri-ciri strategi Active Learning diketahui bahwa bahwa strategi Active Learning merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa terlibat secara aktif baik intelektual maupun emosional, sehingga siswa benar-benar berperan serta berpartisipasi aktif melakukan kegiatan belajar. Dilihat dari subjek didik maka strategi Active Learning merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Dilihat dari segi guru maka strategi Active Learning merupakan bagian strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan optimal subjek didik. Strategi  Active Learning adalah salah satu cara strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

2.    Langkah Penerapan Strategi Active Learning
Penerapan strategi Active Learning dilaksanakan dengan meminta seluruh siswa berperan menjadi narasumber terhadap sesama temannya di kelas belajar. Isjoni (2008:114) menjelaskan sintaks pembelajaran menggunakan strategi Active Learning sebagai berikut:
a.         Guru membentuk orientasi siswa terhadap materi pelajaran dengan memberikan penjelasan terhadap materi pelajaran.
b.        Siswa memperhatikan penjelasan guru serta membuat kesimpulan dari penjelasan yang diberikan guru.
c.         Guru membagikan buku paket berisi materi pelajaran dan menugaskan siswa mencari informasi terkait materi pelajaran dalam buku yang telah dibagikan.
d.        Siswa mencari berbagai informasi terkait materi pelajaran dari buku paket.
e.         Guru meminta setiap siswa untuk membuat pertanyaan dari informasi yang telah diperolehnya dari buku paket.
f.         Siswa mengajukan satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang telah dipelajarinya dalam buku paket.
g.        Guru mengumpulkan seluruh pertanyaan siswa kemudian guru mengocok kertas pertanyaan tersebut, lalu bagikan kembali kepada semua peserta.
h.        Guru meminta siswa membaca dalam hati sambil memikirkan jawabannya dari pertanyaan tersebut.
i.          Guru memanggil secara bergantian setiap siswa untuk membaca pertanyaan dan jawabannya masing-masing.
j.          Siswa membacakan pertanyaan yang telah diperolehnya kemudian mengemukakan jawaban dari pertanyaan tersebut.
k.        Guru meminta siswa lain memberikan tanggapan terhadap jawaban yang telah diberikan.
l.          Siswa memberikan tanggapan terhadap jawaban yang telah diberikan kemudian mendiskusikannya.
m.      Guru menyimpulkan berbagai pertanyaan serta jawaban yang telah dipaparkan oleh siswa.
n.        Guru memberikan soal-soal evaluasi.
o.        Siswa mengerjakan evaluasi.
p.        Guru membantu siswa merefleksikan hasil pembelajaran yang telah diperolehnya.
q.        Guru memberikan penguatan seraya menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

3.    Kelebihan dan Kelemahan Strategi Active Learning
Active Learning pada implementasinya memiliki berbagai kelebihan serta kelemahan. Kelebihan suatu strategi dapat dijadikan sebagai karakteristik bagi suatu strategi, sedangkan kelemahan strategi pembelajaran menuntut kreativitas guru mengatasi kelemahan tersebut. Berikut diuraikan berbagai kelebihan serta kelemahan strategi Active Learning yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru untuk menerapkan strategi Active Learning dalam pembelajaran.
a.    Kelebihan Strategi Active Learning
Proses pembelajaran akan berhasil apabila guru memperhatikan keikutsertaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, diusahakan siswa aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam belajar, kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru dalam pengorganisasi waktu, bahan, dan siswa. Hamalik (2008:142) menyebutkan kelebihan-kelebihan strategi Active Learning adalah sebagai berikut:
1.        Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditujukan melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara eksklusif diminta misalnya di dalam diskusi-diskusi, mengemukakan usul dan saran di dalam pendekatan tujuan atau cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari alat atau sumber dan lain sebagainya.
2.        Keterlibatan mental siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditujukan dengan peningkatan diri kepada tugas kegiatan. Baik secara intelektual maupun secara emosional yang dapat diamati dalam bentuk perhatian serta pikiran siswa dengan tugas yang telah dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.
3.        Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa di dalam kegiatan belajar.
4.        Belajar dengan pengalaman langsung, kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indikator yang dominan dalam strategi Active Learning.
5.        Indikator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial, emosional sehingga meningkatkan peluang. Pembentukan kepribadian seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan kemampuan bekerjasama didalam memecahkan masalah, baik yang berkenaan dengan kegiatan Intra maupun Ekstra Kurikuler.
Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa kebaikan strategi Active Learning adalah kadar kegiatannya lebih diperbanyak. Untuk mendorong siswa belajar mempraktikkan proses-proses intelektual. Melalui penerapan strategi Active Learning siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya dengan mengerahkan segala kemampuannya dalam pembelajaran. Penerapan strategi Active Learning digunakan agar siswa dapat berperan aktif mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran.




b.   Kelemahan Strategi Active Learning
Belajar tidak berarti hanya menerima pengetahuan saja, tetapi belajar dapat terjadi dari hasil interaksi antara sesama siswa atau prakarsa dirinya di dalam mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Hamalik (2008:143) mengemukakan beberapa kelemahan dari strategi Active Learning adalah sebagai berikut:
a.         Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Kendatipun telah tercapai persetujuan, namun keputusan-keputusan itu belum tentu dapat dilaksanakannya.
b.        Diskusi tidak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi diorganisasi secara baik tetapi selanjutnya mungkin saja mengarah ke tujuan lain, sehingga terjadi (Free Foryall) terutama jika kepemimpinan diskusi tidak produktif.
c.         Memasyarakatkan agar semua siswa memiliki ketrampilan berdiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif.
d.        Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal kegiatan secara luwes.
e.         Dapat tidak murni lagi jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah mengetahui jawaban yang diinginkan, sehingga ia menolak pendapat peserta lain.
f.         Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka kelemahan utama strategi Active Learning  adalah siswa yang pandai akan bertambah pandai, siswa kurang pandai akan tertinggal. Disamping ketrampilan kegiatan siswa, guru juga harus terampil memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat pada waktu proses pembelajaran. Hal tersebut karena tidak semua guru didukung oleh literatur yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan mengolah informasi strategi Active Learning dan tepat sesusai dengan misi hakikat strategi Active Learning yang dimaksud.
4.    Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil akhir berhasil atau tidaknya seseorang setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Suprijono (2009:5) mengatakan, ”Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Senada pendapat tersebut, Purwanto (2010:28) mengatakan hasil belajar adalah prestasi dicapai oleh seseorang  dalam  usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Secara lebih luas dan terinci, Mustofa (2011:23) mengemukakan bahwa wujud dari hasil belajar adalah hal-hal sebagai berikut:
a.         Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis.
b.        Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
c.         Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.
d.        Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan serta koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.         Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa hasil belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran  yang  dinyatakan  dalam  bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

5.    Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar bukanlah suatu aktivitas berdiri sendiri melainkan perpaduan berbagai unsur yang terlibat di dalamnya sebagai faktor berpengaruh terhadap prestasi belajar. Nasution (dalam Djamarah, 2008:175) menyebutkan bahwa terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi hasil belajar yaitu raw input, learning, teaching process, output invironmental input dan instrumental input.  Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process), dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan kualifikasi tertentu. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan sebagai masukan dari lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrumental input) yang dengan sengaja dirancang serta dimanipulasikan guna menunjang tercapainya lulusan dikehendaki.
Berdasarkan pendapat Nasution di atas, Djamarah (2008:177) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi lingkungan baik alami maupun lingkungan sosial budaya dan faktor instrumental yang meliputi kurikulum, program, sarana dan prasarana, guru serta kecakapan guru menggunakan metode pembelajaran. Adapun faktor dari dalam meliputi faktor fisiologis terdiri atas kondisi fisiologis serta kondisi panca indra dan faktor psikologis yang terdiri atas minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.

6.    Materi Pembelajaran Kalor
Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau bercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit (Winarsih, 2008:113). Kalor adalah salah satu bentuk energy yang dapat berpindah dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Kalor merupakan suatu bentuk energy. Karena kalor merupakan suatu bentuk energy, satuan untuk kalor sama dengan satuan energi, yaitu joule (J). Kalor bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah 1 kalori = 4,2 joule, 1 joule = 0,24 kalori (Winarsih, 2008:113).
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Besarnya kalor suatu zat menunjukkan berapa besar energi kinetik dari partikel-partikel penyusunnya. Benda yang dikenai kalor akan mengalami berbagai reaksi sebagai bentuk pengaruh kalor pada benda tersebut. Pengaruh-pengaruh kalor dapat diuraikan sebagai berikut:
a.    Pengaruh Kalor Perubahan Suhu Suatu Benda
Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat mengubah suhu suatu benda. Secara alamiah kalor selalu mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Perpindahan kalor sering diikuti oleh kenaikan suhu benda. Apabila terjadi kenaikan suhu, jumlah kalor yang diterima oleh benda selalu  sebanding dengan kenaikan suhu benda itu. Oleh karena itu, untuk memahami pengaruh kalor terhadap suatu zat, maka terlebih dahulu harus mengetahui masa serta kaor jenis suatu zat.
Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 kg untuk menaikkan suhu 1oC. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg °C, artinya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 °C adalah 4.200 J. Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan alat kalorimeter. Sebagai pedoman dasar, kalor jenis beberapa zat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Kalor Jenis Beberapa ZatK Jenis Zat ( Joule/kg °C)
No
Jenis Zat
Kalor Jenis Zat (Joule / kg OC)
1
Air
4200
2
Alkohol
2300
3
Alumunium
900
4
Baja
450
5
Besi
460
6
Emas
130
7
Es
2100
9
Kaca
670
10
Kayu
1700
11
Kuningan
370
12
Minyak Tanah
2200
13
Perak
234
14
Seng
390
15
Tembaga
390
Sumber: Winarsih (2008:115)
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu suatu benda bergantung pada:
1.    Massa benda (m)
2.    Jenis benda / kalor jenis benda (c)
3.    Perubahan suhu (Δt )
Oleh karena itu, hubungan banyaknya kalor, massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Q = m . c . Dt
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (joule/kg oC)
Δt = Perubahan suhu (oC)
b.   Pengaruh Kalor Terhadap Perubahan Wujud Zat
Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat. Berdasarkan perubahan sifat zat perubahan zat dapat diklasifikasikan mejadi 6 macam sebagai berikut:
1.         Menguap : Perubahan wujud zat cair menjadi gas
2.         Melebur : Perubahan wujud zat padat menjadi zat cair.
3.         Membeku : Perubahan wujud zat cair menjadi zat padat.
4.         Mengembun : Perubahan wujud zat gas menjadi cair.
5.         Menyublin : Perubahan wujud zat padat menjadi gas.
6.         Mendeposisi : Perubahan wujud gas menjadi zat padat.
Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

G.      Metodologi Penelitian
1.      Waktu dan Tempat Penelitian
Tindakan penelitian dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran menggunakan stretegi Active Learning dan menggunakan strategi konvensional. Oleh karena itu waktu penelitian disesuaikan dengan kalender pendidikan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksperimental yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Martapura Kabupaten OKU Timur. Oleh karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan komparasional, maka penelitian dilakukan terhadap dua kelas. Satu kelas ditetapkan sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan stretegi Active Learning sedangkan satu kelas lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol menggunakan strategi konvensional.
2.      Jenis Penelitian
Apabila dilihat dari bentuk penelitian, maka penelitian ini termasuk kategori penelitian eksperimental yaitu penelitian yang sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja di manipulasi. Davis (dalam Sugiyono, 2010:72) mengatakan “Penelitian eksperimental adalah penelitian yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sesuatu mengikuti hukum-hukum kausal”. Hukum tersebut esensinya adalah linear meskipun bersifat komplikasi dan interaktif. Tujuan penelitian eksperimental adalah menetapkan hukum sebab akibat dengan mengisolasi variabel kausal.
Dalam penelitian ini tidak mencantumkan faktor-faktor kondisi fisiologis misalnya keadaan fisik maupun psikologis siswa dianggap tidak berpengaruh dalam penelitian ini. Karena penelitian ini melibatkan dua kelas sampel, maka desain penelitian yang digunakan dalah Posttest Only Control Group Design. Adapun secara singkat rancangan penelitian ini dapat digambarkan dalam desain sebagai berikut:
E1           X1                O1
………………………
E2           X2                O2

Gambar 1 Desain Post-test dengan Kelompok yang Diacak
Keterangan:
E1      : Kelompok menggunakan strategi Active Learning.
E2      : Kelompok menggunakan strategi konvensional.
X1     : Perlakuan eksperimen menggunakan strategi Active Learning.
X2     : Perlakuan menggunakan strategi konvensional.
O1 :    Keadaan atau prestasi belajar siswa menggunakan strategi Active Learning.
O2:    Keadaan atau prestasi belajar siswa menggunakan strategi konvensional.

3.      Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stretegi Active Learning, sedangkan variabel terikat pada penelitian hasil belajar Fisika siswa pada materi pembelajaran Kalor. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh strategi Active Learning terhadap hasil belajar Fisika pada materi pembelajaran Kalor. Oleh karena penelitian itu, penelitian dilaksanakan menggunakan desain eksperimen.

4.      Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Martapura berjumlah 260 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan nomor pada setiap kelas. Sesuai dengan jumlah kelas yang ada yaitu 8 kelas maka tiap kelas mendapatkan nomor urut 1, 2, 3, 4 dan seterusnya. Langkah selanjutnya adalah mengambil nomor secara acak. Nomor kelas yang muncul kemudian dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengambilan sampel tersebut, nomor yang keluar adalah nomor 2 dan 3. Oleh karena itu kelas VII-2 dan kelas VII-3 ditetapkan sebagai sempel penelitian. Kelas VII-2 adalah kelompok eksperimen dan ditetapkan sebagai sampel penggunaan stretegi Active Learning, sedangkan kelas VII-3 adalah kelompok kontrol dan ditetapkan sebagai sampel dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional.

5.      Teknik Pengumpulan data
Oleh karena inti penelitian ini adalah hasil belajar siswa, maka satu-satunya teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Sudrajat (2005:28) mengemukakan, ”Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, hasil belajar maupun prestasi belajar”. Margono (2010:170) mengemukakan bahwa ”Tes adalah seperangkat rangsangan diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban sebagai dasar bagi penetapan skor angka”.
Instrumen tes pada penelitian ini berupa multiple choice atau pilihan ganda dengan menggunakan sistem incomplete statements dan questioning. Sistem incomplete statements dilakukan dengan menugaskan siswa memilih jawaban untuk melengkapi suatu kalimat, sedangkan sistem questioning dilakukan dengan menugaskan siswa menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang tersedia. Soal tes disusun berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan baik menggunakan stretegi pembelajaran Active Learning maupun strategi konvensional yaitu materi “Kalor”.
Tes disusun sebanyak 25 nomor dengan 4 opsi jawaban yaitu a, b, c, dan d. Bobot setiap soal adalah 4 jika terjawab benar dan 0 jika salah. Oleh karena itu, skor maksimal yang dapat diperoleh siswa adalah 100. Tes diberikan kepada siswa setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Active Learning dan setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.

6.      Teknik Analisis Data
Sesuai dengan jenis penelsitian yang dilaksanakan, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis komparasional. Sudrajat (2005:167) menjelaskan ”Teknik analisis komparasional merupakan teknik analisis statistik inferensial yang dipergunakan untuk menguji hipotesis sebagai upaya penarikan kesimpulan dalam penelitian komparasional”. Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H0:       Tidak terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014.
Ha:       Terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014.
Sudrajat (2005:167) mengemukakan, ”Untuk keperluan analisis perbandingan dua variabel dapat digunakan teknik statistika inferensial yang berupa uji t atau t-test maupun uji Kai Kuadrat (Chi Square Test)”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka analisis data pada penelitian ini digunakan uji t atau t-test dengan rumus berikut:
 
Keterangan:
X1         = Rata-rata skor kelompok I.
X2         = Rata-rata skor kelompok II.
   = Standar deviasi kelompok I.
   = Standar deviasi kelompok II.
N1      = Jumlah sampel kelompok I.
N2      = Jumlah sampel kelompok II (Hasan, 2010:126).
Setelah perhitungan selesai, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut:
Ho diterima (Ha ditolak) apabila  -ttabel  <  thitung <  ttabel .
Ho ditolak (Ha diterima)   apabila thitung < - ttabel dan thitung > ttabel. (Sudrajat, 2005:173).
Taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05 dengan dk = n – 2.

H.      Hasil Penelitian
Prosentase hasil belajar Fisika materi pembelajaran Kalor siswa kelas VII SMP Negeri 1 Martapura pada setiap kategori dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 2 Prosentase Hasil Belajar Siswa Setiap Kategori
No
Interval
Kategori
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah Siswa
Prosentase
Jumlah Siswa
Prosentase
1
>86,97
Tinggi
13
38,24%
1
3,03%
2
64,17 – 86,97
Sedang
19
55,88%
26
78,79%
3
<66,53
Rendah
2
5,88%
6
18,18%
                                                                                                            
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran Fisika materi pembelajaran Kalor siswa menggunakan strategi pembelajaran Active Learning dan strategi pembelajaran konvensional adalah sedang. Lebih jelasnya perbandingan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut:
Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistika inferensial yang berupa uji t atau t-test maupun uji Kai Kuadrat (Chi Square Test). Analisis data pada penelitian ini digunakan uji t atau t-test dengan rumus berikut:
Jika dikonsultasikan dengan harga kritik t pada taraf signifikansi 5% atau interval kepercayaan 95% dengan db = (N1 + N2 – 2) = 34 + 33 – 2 = 65 maka diperoleh ttabel = 1,98 (Riduwan, 2011:197). Oleh karena itu dapat disimpulkan thitung > ttabel atau 4,91 > 1,98. Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Ho diterima (Ha ditolak) apabila  -ttabel  <  thitung <  ttabel .
Ho ditolak (Ha diterima)   apabila thitung < - ttabel dan thitung > ttabel.
Karena thitung 4,91 lebih besar dari harga ttabel = 1,98 pada taraf signifikan 5% maka  Ho yang menyatakan tidak terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014 ditolak, sedangkan Ha yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014 diterima.

I.         Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.    Hasil belajar Fisika pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura tahun pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran Active Learning adalah sedang dengan nilai rata-rata 81,91 dan standar deviasi 10,30.
2.    Hasil belajar Fisika pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura tahun pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan strategi konvensional adalah sedang dengan nilai rata-rata 69,97 dan standar deviasi 9,28.

3.    Berdasarkan  hasil  uji  t  diperoleh  harga  thitung sebesar = 4,91 sedangkan  ttabel = 1,98. Oleh karena itu dapat disimpulkan thitung > ttabel atau 4,91 > 1,98, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014  diterima.
















DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Isjoni. 2008. Cooperatif Learning. Jakarta: Rahayasa.

Karso, Sabaruddin. 1993. Tinjauan Pembelajaran Fisika SMP. Jakarta: Depdiknas.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Murdilarto. 2013. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Amisco.

Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Ost dan Geroge. 2013. Pembelajaran SAINS. Jakarta: Gramedia.

Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana dan Arifin Daeng. 2008. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Sudrajat, Rahardi Moersetyo, dan Subana. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&B. Bandung: Alfabeta.

Sumiati dan Azra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Suprijono. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Yasin, M. 2008. Belajar Mudah Penelitian, Guru dan Karyawan. Bandung: Alfabeta.