PENGARUH
PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
PADA MATERI PEMBELAJARAN KALOR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 MARTAPURA TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan relatif tetap dan sistematik untuk memperoleh suatu
hasil tertentu. Ahmadi
(2004:16) mengatakan, ”Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan sengaja dengan tujuan membantu siswa memperoleh berbagai pengalaman
sehingga terjadi perubahan tingkah laku”. Perubahan perilaku yang dimaksud
dalam pengertian tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan norma yang
berfungsi sebagai pengendali sikap serta perilaku siswa. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa dapat memperoleh hasil
belajar secara maksimal.
Hamalik (2008:31) menjelaskan bahwa
hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahun menjadi tahu dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sementara Purwanto
(2010:28) mengatakan, ”Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
dalam raport”. Dua pengertian hasil belajar tersebut memberikan pemahaman bahwa
hasil belajar adalah segala bentuk perubahan yang dialami siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran seperti dari tidak mengetahui menjadi mengetahui.
Hasil
belajar yang maksimal merupakan tujuan dari setiap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dalam semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran Fisika.
Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains.
Hakikat sains adalah ilmu pengetahuan yang objek pengamatannya adalah alam
dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan, serta manusia. Sains
adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode
berdasarkan observasi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Hakikat pembelajaran sains sebagaimana
dijelaskan Ost dan George (2013:1) yaitu
… science is human
activity that has evolved as an intellectual tool to facilitate describing and
ordering the environment. Once one accepts the idea that science does not
exist in any other realm but the mind, it ceases to be a “thing”, an entity
with its own existence. Though scientific truth or fact is ideally objective,
it is subject to human perception and logic …. As a method, science is
relatively stable and universally applied, while as body of knowledge, it is
constantly changing. Artinya, sains adalah aktivitas manusia yang telah berkembang sebagai
sebuah perangkat intelektual untuk memudahkan menggambarkan dan mengatur
lingkungan. Sesekali diterima akal bahwa sains tidak terdapat dalam realm
yang lain kecuali ingatan yang mengendap menjadi sesuatu, sebuah kesatuan yang
muncul dengan eksistensinya. Kebenaran ilmiah atau fakta adalah sasaran yang
diharapkan, yang merupakan dasar bagi persepsi dan logika manusia. Sebagai
metode, sains relatif stabil dan berlaku universal, sementara sebagai kumpulan
pengetahuan, sains mengalami perubahan secara terus menerus (Ambarwati, 2014).
Salah satu bentuk pembelajaran sains adalah
pembelajaran mata pelajaran Fisika. Menurut Karso (1993:71) Fisika merupakan ilmu
yang lahir dan dikembangkan melalui langkah-langkah observasi, perumusan
masalah, pengujian hipotesis lewat eksperimen, pengajuan kesimpulan, dan
pengajuan teori atau konsep. Fisika adalah suatu ilmu yang tujuannya
mempelajari komponen materi serta berbagai interaksinya. Murdilarto (2013:1)
menjelaskan bahwa Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan
alam yang begitu indah dan dengan rapi dapat dideskripsikan secara matematis.
Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains termasuk
Fisika. Sains dan kehidupan manusia selama empat abad terakhir ini menunjukkan
kemajuan yang sangat dramatis berkat keberhasilan manusia dalam menganalisis
dan mendeskripsikan alam secara matematis sehingga terbentuk pengetahuan yang
logis.
Pencapaian tujuan pembelajaran Fisika
sebagaimana tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi ketercapaian hasil belajar Fisika siswa adalah ketepatan guru
dalam memilih serta menerapkan metode pembelajaran. Hal tersebut sebagaimana
dikemukakan Sumiati (2008:43) bahwa keberhasilan guru
dalam mengajar di kelas, ditentukan oleh banyak faktor seperti persiapan
pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, model pembelajaran serta
pemahaman guru terhadap perkembangan psikologis anak.
Keterlibatan siswa
secara aktif dalam pembelajaran sekarang kurang mendapatkan perhatian terutama
dari guru. Hal tersebut sebagaimana terjadi di SMP Negeri 1 Martapura pada
pembelajaran Fisika. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan pada hari Senin
tanggal 2 Desember 2013 diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika
di SMP Negeri 1 Martapura guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa dipadu
dengan strategi pembelajaran apapun. Pembelajaran Fisika hanya disampaikan
secara oral yaitu menjelaskan materi pelajaran secara lisan kemudian menugaskan
siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Pembelajaran
sebagaimana tersebut mengakibatkan aktivitas serta keterlibatan siswa pada
proses pembelajaran menjadi rendah sehingga pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran juga rendah. Hal tersebut sebagaimana ditunjukkan hasil
dokumentasi nilai harian bahwa dari 33 siswa kelas VII-2 SMP Negeri 1
Martapura semester genap Tahun Pembelajaran 2013/2014 hanya terdapat 5
siswa (15,15%) dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan memperoleh
nilai >75 sedangkan 28 siswa (84,85%) lainnya belum dapat mencapai kriteria
ketuntasan minimal.
Berdasarkan
masalah yang ditemukan yaitu rendahnya hasil belajar Fisika siswa peneliti tertarik mengadakan penelitian
berbentuk eksperimental dengan mengujicobakan strategi Active Learning dalam
pembelajaran Fisika materi pembelajaran Kalor siswa SMP Negeri 1 Martapura. Zaini
(2008:xiv) menjelaskan bahwa strategi Active
Learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif sehingga siswa dapat
mendominasi kegiaan pembelajaran serta dapat turut serta dalam semua proses
pembelajaran tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.
Ketertarikan
peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Martapura didasarkan hasil
observasi pendahuluan yang menunjukkan adanya masalah dalam pembelajaran Fisika
di SMP Negeri 1 Martapura. Peneliti berupaya
mengujicobakan penerapan strategi pembelajaran Active Learning. Oleh karena itu, Pada penelitian ini dirumuskan
judul “Pengaruh Penerapan Strategi Active Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
pada Materi Pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran
2013/2014”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan kerangka
konseptual yang dirumuskan peneliti agar penelitian dapat lebih terfokus.
Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya untuk dicarikan
jawabannya melalui penelitian berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang
masalah. Oleh karena itu, berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh
penerapan strategi
Active Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi
pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran
2013/2014?”. Masalah
sebagaimana telah dirumuskan dapat diperinci menjadi beberapa rincian masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah hasil belajar Fisika siswa yang
menggunakan strategi Active Learning pada
materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran
2013/2014?
2.
Bagaimanakah hasil belajar Fisika siswa
yang menggunakan strategi konvensional pada materi pembelajaran Kalor di kelas
VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014?
3.
Apakah terdapat pengaruh penerapan strategi Active
Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi pembelajaran Kalor
di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Secara
umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi Active Learning terhadap hasil belajar Fisika
materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran
2013/2014. Selain itu penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui pengaruh strategi Active
Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi pembelajaran Kalor
di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Secara
teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan
pembelajaran Fisika pada materi pembelajaran Kalor menggunakan strategi
pembelajaran berbasis aktivitas belajar siswa yaitu strategi Active
Learning. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
tambahan bagi para guru dalam mengelola pembelajaran berbasis aktivitas belajar
siswa. Secara praktis hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran Fisika khususnya pada materi pembelajaran Kalor.
E. Hipotesis Penelitian
Sugiyono
(2010:81) mengatakan, ”Hipotesis dalam statistik diartikan sebagai pernyataan
statistik tentang parameter
populasi”. Hipotesis penelitian
terbagi dua yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nihil. Hipotesis
alternatif atau hipotesis kerja (Ha) adalah hipotesis yang
dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada
hubungannya dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta
dukungan data nyata dilapangan. Hipotesis alternatif dirumuskan dengan kalimat positif seperti “terdapat
pengaruh variabel X terhadap variabel Y”, sedangkan hipotesis nihil (Ho
atau H1) adalah pernyataan tidak adanya hubungan, pengaruh, atau
perbedaan antara parameter. Hipotesis nihil dirumuskan dengan kalimat negatif seperti “tidak terdapat pengaruh
variabel X terhadap variabel Y”. Berdasarkan penjelasan pengertian
dan pembagian hipotesis, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014.
Ha: Terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pembelajaran 2013/2014.
F. Landasan Teori
1. Pengertian Strategi Active Learning
Pada
proses pembelajaran siswa diharapkan dapat terlibat serta berpartisipasi secara
aktif. Hal tersebut karena
dalam proses pembelajaran siswa adalah subjek pembelajaran, bukan sebagai objek
yang dapat diolah sekehendak hati oleh guru. Oleh karena itu, pada proses
pembelajaran guru hendaknya dapat memberikan berbagai stimulus agar siswa dapat
berperan aktif mengikuti proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat
digunakan guru adalah memilih strategi pembelajaran berbasis aktifitas belajar
siswa seperti strategi Active Learning.
Berkaitan
pengertian strategi Active Learning, Isjoni
(2008:113) menjelaskan bahwa strategi Active
Learning merupakan strategi pembelajaran berbasis aktifitas belajar siswa.
Strategi Active Learning menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Pada
penerapan strategi Active Learning siswa
dituntut untuk selalu berperan serta berpartisipasi aktif mengikuti semua
proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Siswa merupakan
subjek belajar sehingga pada penerapan strategi Active Learning peran guru tidak lebih hanya sebagai fasilitator
serta patner siswa dalam belajar.
Strategi
Active Learning merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran dengan
menekankan keterlibatan baik intelektual dan emosional siswa secara aktif. Pada
penerapan strategi Active Learning siswa
benar-benar dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan
belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih baik. Siswa
di pandang sebagai objek dan sebagai subjek. Yasin (2008:180) mengatakan bahwa
strategi Active Learning adalah
strategi pembelajaran dimana proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh siswa
dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah sedang dipelajari. Peran aktif
siswa pada penerapan strategi Active
Learning ditujukan agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap
berbagai masalah dalam pembelajaran, mampu memecahkan masalah secara mandiri, menyiapkan
mental serta melatih ketrampilan fisik siswa.
Penerapan
strategi Active Learning dilaksanakan
dengan menekankan pada proses
pemberdayaan seluruh potensi
dimiliki siswa. Berkaitan dengan proses pemberdayaan seluruh potensi
siswa, Yasin (2008:181) menjelaskan bahwa
cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan
strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini digunakan oleh
para guru dalam proses pembelajaran. Mendidik dengan ceramah berarti memberikan
suatu informasi melalui pendengaran yamg hanya bisa dicerna otak siswa 20%.
Padahal informasi yang dipelajari siswa bisa saja dari membaca (10%), melihat
(30%), melihat dan dengar (50%), mengatakan (70%), mengatakan dan melakukan
(90%). Hal ini sesuai dengan pendapat seorang filosof cina Konfusius bahwa apa
yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat dan apa yang saya
lakukan, itulah yang saya pahami.
Siswa
dengan potensi dasar yang dimilikinya termasuk potensi otak perlu diaktifkan.
Proses pengaktifan seluruh potensi dimiliki siswa dapat dilakukan melalui
penekanan pada aktifitas belajar siswa melalui penerapan strategi pembelajaran
berbasis aktifitas belajar siswa seperti strategi Active Learning. Sudjana (2008:33) menyebutkan beberapa ciri yang
harus nampak dalam proses pembelajaran menggunakan strategi Active Learning
sebagai berikut:
1.
Situasi kelas menantang siswa melakukan
kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.
2.
Guru tidak mendominasi pembicaraan
tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk
memecahkan masalah.
3.
Guru menyediakan dan mengusahakan sumber
belajar bagi siswa, bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu
sendiri menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang
diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai sumber
belajar.
4.
Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada
kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan
belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula
kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-masing siwa secara mandiri.
Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan
terencana.
5.
Hubungan guru dengan siswa sifatnya
harus mencerminkan hubungan manusiawi bagaikan hubungan bapak anak, bukannya
hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing
semua siswa yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi persoalan
belajar.
6.
Situasi dan kondisi kelas tidak kaku
terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan
kebutuhan siswa.
7.
Belajar tidak hanya dilihat dan diukur
dari segi hasil yang dicapai siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi
proses belajar yang dilakukan siswa.
8.
Adanya keberanian siswa mengajukan
pendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan
kepada guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
9.
Guru senantiasa menghargai pendapat
siswa terlepas dari benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau
mengurangiatau menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan harus
mendorong siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.
Berdasarkan
pengertian serta ciri-ciri strategi Active
Learning diketahui bahwa bahwa strategi Active Learning merupakan
suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa terlibat secara aktif baik intelektual
maupun emosional, sehingga siswa benar-benar berperan serta berpartisipasi
aktif melakukan kegiatan belajar. Dilihat dari subjek didik maka strategi Active
Learning merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka
belajar. Dilihat dari segi guru maka strategi Active Learning merupakan
bagian strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan optimal subjek didik. Strategi Active Learning adalah salah satu cara
strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal
mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan
efisien.
2. Langkah Penerapan Strategi Active Learning
Penerapan
strategi Active Learning dilaksanakan
dengan meminta seluruh siswa berperan menjadi narasumber terhadap sesama
temannya di kelas belajar. Isjoni (2008:114) menjelaskan sintaks pembelajaran
menggunakan strategi Active Learning sebagai
berikut:
a.
Guru membentuk orientasi siswa terhadap
materi pelajaran dengan memberikan penjelasan terhadap materi pelajaran.
b.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
serta membuat kesimpulan dari penjelasan yang diberikan guru.
c.
Guru membagikan buku paket berisi materi
pelajaran dan menugaskan siswa mencari informasi terkait materi pelajaran dalam
buku yang telah dibagikan.
d.
Siswa mencari berbagai informasi terkait
materi pelajaran dari buku paket.
e.
Guru meminta setiap siswa untuk membuat
pertanyaan dari informasi yang telah diperolehnya dari buku paket.
f.
Siswa mengajukan satu pertanyaan tentang
materi pelajaran yang telah dipelajarinya dalam buku paket.
g.
Guru mengumpulkan seluruh pertanyaan
siswa kemudian guru mengocok kertas pertanyaan tersebut, lalu bagikan kembali
kepada semua peserta.
h.
Guru meminta siswa membaca dalam hati
sambil memikirkan jawabannya dari pertanyaan tersebut.
i.
Guru memanggil secara bergantian setiap
siswa untuk membaca pertanyaan dan jawabannya masing-masing.
j.
Siswa membacakan pertanyaan yang telah
diperolehnya kemudian mengemukakan jawaban dari pertanyaan tersebut.
k.
Guru meminta siswa lain memberikan
tanggapan terhadap jawaban yang telah diberikan.
l.
Siswa memberikan tanggapan terhadap
jawaban yang telah diberikan kemudian mendiskusikannya.
m. Guru
menyimpulkan berbagai pertanyaan serta jawaban yang telah dipaparkan oleh
siswa.
n.
Guru memberikan soal-soal evaluasi.
o.
Siswa mengerjakan evaluasi.
p.
Guru membantu siswa merefleksikan hasil
pembelajaran yang telah diperolehnya.
q.
Guru memberikan penguatan seraya
menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Active Learning
Active Learning pada
implementasinya memiliki berbagai kelebihan serta kelemahan. Kelebihan suatu
strategi dapat dijadikan sebagai karakteristik bagi suatu strategi, sedangkan
kelemahan strategi pembelajaran menuntut kreativitas guru mengatasi kelemahan
tersebut. Berikut diuraikan berbagai kelebihan serta kelemahan strategi Active Learning yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan guru untuk menerapkan strategi Active Learning dalam pembelajaran.
a. Kelebihan Strategi Active Learning
Proses pembelajaran akan berhasil
apabila guru memperhatikan keikutsertaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
diusahakan siswa aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam belajar,
kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru dalam pengorganisasi waktu, bahan,
dan siswa. Hamalik (2008:142) menyebutkan kelebihan-kelebihan strategi Active
Learning adalah sebagai berikut:
1.
Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar,
yang ditujukan melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara
eksklusif diminta misalnya di dalam diskusi-diskusi, mengemukakan usul dan
saran di dalam pendekatan tujuan atau cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari
alat atau sumber dan lain sebagainya.
2.
Keterlibatan mental siswa di dalam
kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditujukan dengan
peningkatan diri kepada tugas kegiatan. Baik secara intelektual maupun secara
emosional yang dapat diamati dalam bentuk perhatian serta pikiran siswa dengan
tugas yang telah dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya.
3.
Peranan guru yang lebih banyak sebagai
fasilitator merupakan sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung
jawab siswa di dalam kegiatan belajar.
4.
Belajar dengan pengalaman langsung,
kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indikator
yang dominan dalam strategi Active Learning.
5.
Indikator terakhir yang dikemukakan
dalam masalah ini adalah kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual
maupun sosial, emosional sehingga meningkatkan peluang. Pembentukan kepribadian
seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan kemampuan bekerjasama
didalam memecahkan masalah, baik yang berkenaan dengan kegiatan Intra maupun
Ekstra Kurikuler.
Berdasarkan penjelasan tersebut
diketahui bahwa kebaikan strategi Active Learning adalah kadar
kegiatannya lebih diperbanyak. Untuk mendorong siswa belajar mempraktikkan
proses-proses intelektual. Melalui penerapan strategi Active Learning siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya
dengan mengerahkan segala kemampuannya dalam pembelajaran. Penerapan strategi Active Learning digunakan agar siswa
dapat berperan aktif mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran.
b. Kelemahan
Strategi Active Learning
Belajar tidak berarti hanya menerima
pengetahuan saja, tetapi belajar dapat terjadi dari hasil interaksi antara
sesama siswa atau prakarsa dirinya di dalam mengembangkan kemampuan yang ada pada
dirinya.
Hamalik
(2008:143) mengemukakan beberapa kelemahan dari strategi Active Learning adalah
sebagai berikut:
a.
Tidak menjamin dalam melaksanakan
keputusan. Kendatipun telah tercapai persetujuan, namun keputusan-keputusan itu
belum tentu dapat dilaksanakannya.
b.
Diskusi tidak dapat diramalkan, pada
mulanya diskusi diorganisasi secara baik tetapi selanjutnya mungkin saja
mengarah ke tujuan lain, sehingga terjadi (Free Foryall) terutama jika
kepemimpinan diskusi tidak produktif.
c.
Memasyarakatkan agar semua siswa
memiliki ketrampilan berdiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara
aktif.
d.
Membentuk pengaturan fisik (seperti
kursi dan meja) dan jadwal kegiatan secara luwes.
e.
Dapat tidak murni lagi jika pemimpin
mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah mengetahui
jawaban yang diinginkan, sehingga ia menolak pendapat peserta lain.
f.
Dapat didominasi oleh seseorang atau
sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka kelemahan
utama strategi Active Learning adalah siswa yang pandai akan bertambah
pandai, siswa kurang pandai akan tertinggal. Disamping ketrampilan kegiatan
siswa, guru juga harus terampil memilih dan menggunakan strategi pembelajaran
yang tepat pada waktu proses pembelajaran. Hal tersebut karena tidak semua guru
didukung oleh literatur yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan
dan mengolah informasi strategi Active Learning dan tepat sesusai dengan
misi hakikat strategi Active Learning yang dimaksud.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar
merupakan hasil akhir berhasil atau tidaknya seseorang setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Suprijono (2009:5) mengatakan, ”Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Senada
pendapat tersebut, Purwanto (2010:28) mengatakan hasil belajar adalah prestasi
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
dalam raport. Secara lebih luas dan terinci, Mustofa (2011:23) mengemukakan
bahwa wujud dari hasil belajar adalah hal-hal sebagai berikut:
a.
Informasi verbal yaitu kapabilitas
mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis.
b.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang.
c.
Strategi kognitif yaitu kecakapan
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.
d.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan serta koordinasi sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e.
Sikap adalah kemampuan menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka
dapat dijelaskan bahwa hasil belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses pembelajaran. Hasil belajar seseorang sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi
setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat diketahui
setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
5. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar bukanlah suatu aktivitas berdiri
sendiri melainkan perpaduan berbagai unsur yang terlibat di dalamnya sebagai
faktor berpengaruh terhadap prestasi belajar. Nasution (dalam Djamarah,
2008:175) menyebutkan bahwa terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu raw input, learning,
teaching process, output invironmental input dan instrumental input. Masukan
mentah (raw input) merupakan bahan
pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process), dengan harapan dapat berubah menjadi
keluaran (output) dengan kualifikasi
tertentu. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar ikut berpengaruh
sejumlah faktor lingkungan sebagai masukan dari lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrumental input) yang dengan sengaja
dirancang serta dimanipulasikan guna menunjang tercapainya lulusan dikehendaki.
Berdasarkan pendapat Nasution di atas,
Djamarah (2008:177) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
meliputi faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi lingkungan baik
alami maupun lingkungan sosial budaya dan faktor instrumental yang meliputi
kurikulum, program, sarana dan prasarana, guru serta kecakapan guru menggunakan
metode pembelajaran. Adapun faktor dari dalam meliputi faktor fisiologis
terdiri atas kondisi fisiologis serta kondisi panca indra dan faktor psikologis
yang terdiri atas minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.
6. Materi Pembelajaran Kalor
Sebelum abad ke-17, orang
berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang mengalir dari suatu benda yang
suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah jika kedua benda
tersebut bersentuhan atau bercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tentunya
akan memiliki massa dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak
bertambah. Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang
dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang
dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika
suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga
sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit (Winarsih,
2008:113). Kalor adalah salah satu bentuk energy yang dapat berpindah dari
benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Kalor merupakan suatu
bentuk energy. Karena kalor merupakan suatu bentuk energy, satuan untuk kalor
sama dengan satuan energi, yaitu joule (J). Kalor
bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran
yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan lainnya
adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah 1 kalori = 4,2
joule, 1 joule = 0,24 kalori (Winarsih, 2008:113).
Kalor merupakan salah satu bentuk
energi. Besarnya kalor suatu zat menunjukkan berapa besar energi kinetik dari
partikel-partikel penyusunnya. Benda yang dikenai kalor akan mengalami berbagai
reaksi sebagai bentuk pengaruh kalor pada benda tersebut. Pengaruh-pengaruh
kalor dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengaruh Kalor Perubahan Suhu Suatu
Benda
Semua benda dapat melepas
dan menerima kalor. Benda-benda yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya
akan cenderung melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang
bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk
menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah
ketika zat tersebut melepas atau menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa kalor dapat mengubah suhu suatu benda. Secara alamiah kalor selalu mengalir dari
benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Perpindahan
kalor sering diikuti oleh kenaikan suhu benda. Apabila terjadi kenaikan suhu,
jumlah kalor yang diterima oleh benda selalu
sebanding dengan kenaikan suhu benda itu. Oleh karena
itu, untuk memahami pengaruh kalor terhadap suatu zat, maka terlebih dahulu
harus mengetahui masa serta kaor jenis suatu zat.
Kalor jenis suatu zat
adalah banyaknya kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 kg untuk
menaikkan suhu 1oC. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg °C, artinya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 °C adalah 4.200
J. Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan alat kalorimeter. Sebagai pedoman
dasar, kalor jenis beberapa zat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Kalor Jenis Beberapa ZatK Jenis Zat ( Joule/kg
°C)
No
|
Jenis Zat
|
Kalor Jenis Zat (Joule / kg OC)
|
1
|
Air
|
4200
|
2
|
Alkohol
|
2300
|
3
|
Alumunium
|
900
|
4
|
Baja
|
450
|
5
|
Besi
|
460
|
6
|
Emas
|
130
|
7
|
Es
|
2100
|
9
|
Kaca
|
670
|
10
|
Kayu
|
1700
|
11
|
Kuningan
|
370
|
12
|
Minyak Tanah
|
2200
|
13
|
Perak
|
234
|
14
|
Seng
|
390
|
15
|
Tembaga
|
390
|
Sumber: Winarsih (2008:115)
Banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu suatu benda bergantung pada:
1.
Massa benda (m)
2.
Jenis benda / kalor jenis
benda (c)
3. Perubahan suhu (Δt )
Oleh karena itu, hubungan
banyaknya kalor, massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Q = m . c . Dt
Q = Banyaknya kalor yang
diserap atau dilepaskan (joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat
(joule/kg oC)
Δt = Perubahan suhu (oC)
b. Pengaruh Kalor Terhadap Perubahan
Wujud Zat
Suatu zat apabila diberi kalor
terus-menerus dan mencapai suhu maksimum, maka zat akan mengalami perubahan
wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus
dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat digunakan
untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat. Berdasarkan
perubahan sifat zat perubahan zat dapat diklasifikasikan mejadi 6 macam sebagai
berikut:
1.
Menguap : Perubahan wujud zat
cair menjadi gas
2.
Melebur : Perubahan wujud zat
padat menjadi zat cair.
3.
Membeku : Perubahan wujud zat
cair menjadi zat padat.
4.
Mengembun : Perubahan wujud zat
gas menjadi cair.
5.
Menyublin : Perubahan wujud zat
padat menjadi gas.
6.
Mendeposisi : Perubahan wujud
gas menjadi zat padat.
Perubahan
wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
G. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Tindakan penelitian dilaksanakan dengan
mengadakan pembelajaran menggunakan stretegi Active
Learning dan menggunakan strategi konvensional. Oleh karena
itu waktu penelitian disesuaikan dengan kalender pendidikan. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksperimental
yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Martapura Kabupaten OKU Timur. Oleh karena
penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan
komparasional, maka penelitian dilakukan terhadap dua kelas. Satu kelas
ditetapkan sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan stretegi
Active
Learning sedangkan satu kelas lainnya dijadikan sebagai
kelas kontrol menggunakan strategi konvensional.
2. Jenis Penelitian
Apabila dilihat dari bentuk penelitian,
maka penelitian ini termasuk kategori penelitian eksperimental yaitu penelitian
yang sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang disebut sebagai
variabel eksperimental, sengaja di manipulasi. Davis (dalam Sugiyono, 2010:72)
mengatakan “Penelitian eksperimental adalah penelitian yang didasarkan pada
asumsi bahwa setiap sesuatu mengikuti hukum-hukum kausal”. Hukum tersebut
esensinya adalah linear meskipun bersifat komplikasi dan interaktif. Tujuan
penelitian eksperimental adalah menetapkan hukum sebab akibat dengan
mengisolasi variabel kausal.
Dalam penelitian ini tidak mencantumkan
faktor-faktor kondisi fisiologis misalnya keadaan fisik maupun psikologis siswa
dianggap tidak berpengaruh dalam penelitian ini. Karena penelitian ini
melibatkan dua kelas sampel, maka desain penelitian yang
digunakan dalah Posttest
Only Control Group Design. Adapun secara singkat rancangan penelitian ini
dapat digambarkan dalam desain sebagai berikut:
E1 X1 O1
………………………
E2 X2 O2
Gambar 1 Desain Post-test
dengan Kelompok yang Diacak
Keterangan:
E1 : Kelompok
menggunakan strategi Active Learning.
E2 : Kelompok
menggunakan strategi konvensional.
X1 : Perlakuan
eksperimen menggunakan strategi Active
Learning.
X2 : Perlakuan
menggunakan strategi konvensional.
O1 : Keadaan atau prestasi
belajar siswa menggunakan strategi Active
Learning.
O2: Keadaan atau prestasi
belajar siswa menggunakan strategi konvensional.
3. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
stretegi Active Learning, sedangkan variabel terikat
pada penelitian hasil belajar Fisika siswa pada materi pembelajaran Kalor.
Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh strategi Active Learning terhadap hasil belajar Fisika pada materi
pembelajaran Kalor. Oleh karena penelitian itu, penelitian dilaksanakan
menggunakan desain eksperimen.
4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Martapura
berjumlah 260 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan nomor pada setiap kelas. Sesuai dengan jumlah kelas yang ada yaitu 8
kelas maka tiap kelas mendapatkan nomor urut 1, 2, 3, 4 dan seterusnya. Langkah
selanjutnya adalah mengambil nomor secara acak. Nomor kelas yang muncul
kemudian dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengambilan sampel
tersebut, nomor yang keluar adalah nomor 2 dan 3. Oleh karena itu kelas VII-2
dan kelas VII-3 ditetapkan sebagai sempel penelitian. Kelas VII-2 adalah
kelompok eksperimen dan ditetapkan sebagai sampel penggunaan stretegi Active Learning, sedangkan kelas VII-3
adalah kelompok kontrol dan ditetapkan sebagai sampel dengan menggunakan
strategi pembelajaran konvensional.
5. Teknik Pengumpulan data
Oleh
karena inti penelitian ini adalah hasil belajar siswa, maka satu-satunya teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Sudrajat (2005:28) mengemukakan,
”Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, hasil belajar maupun
prestasi belajar”. Margono (2010:170) mengemukakan bahwa ”Tes adalah
seperangkat rangsangan diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban sebagai dasar bagi penetapan skor angka”.
Instrumen
tes pada penelitian ini berupa multiple choice atau pilihan ganda dengan
menggunakan sistem incomplete statements dan questioning. Sistem incomplete
statements dilakukan dengan menugaskan siswa memilih jawaban untuk
melengkapi suatu kalimat, sedangkan sistem questioning dilakukan dengan
menugaskan siswa menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang tersedia. Soal
tes disusun berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan baik menggunakan
stretegi pembelajaran Active Learning maupun strategi konvensional yaitu
materi “Kalor”.
Tes
disusun sebanyak 25 nomor dengan 4 opsi jawaban yaitu a, b, c, dan d. Bobot
setiap soal adalah 4 jika terjawab benar dan 0 jika salah. Oleh karena itu,
skor maksimal yang dapat diperoleh siswa adalah 100. Tes diberikan kepada siswa setelah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Active Learning dan setelah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.
6. Teknik Analisis Data
Sesuai
dengan jenis penelsitian yang dilaksanakan, maka teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis komparasional. Sudrajat (2005:167) menjelaskan ”Teknik analisis
komparasional merupakan teknik analisis statistik inferensial yang dipergunakan
untuk menguji hipotesis sebagai upaya penarikan kesimpulan dalam penelitian
komparasional”. Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Ha: Terdapat pengaruh penerapan strategi active learning yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Sudrajat (2005:167)
mengemukakan, ”Untuk keperluan analisis perbandingan dua variabel dapat
digunakan teknik statistika inferensial yang berupa uji t atau t-test maupun
uji Kai Kuadrat (Chi Square Test)”. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka analisis data pada penelitian ini digunakan uji t atau t-test dengan rumus
berikut:
Keterangan:
X1 = Rata-rata skor kelompok I.
X2 = Rata-rata skor kelompok II.
= Standar deviasi
kelompok I.
= Standar deviasi
kelompok II.
N1 =
Jumlah sampel kelompok I.
N2 = Jumlah sampel kelompok II (Hasan,
2010:126).
Setelah
perhitungan selesai, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria penerimaan
atau penolakan hipotesis sebagai berikut:
Ho
diterima (Ha ditolak) apabila
-ttabel < thitung < ttabel .
Ho
ditolak (Ha diterima)
apabila thitung < - ttabel dan thitung
> ttabel. (Sudrajat, 2005:173).
Taraf
signifikan yang digunakan adalah 0,05 dengan dk = n – 2.
H. Hasil Penelitian
Prosentase hasil belajar Fisika materi pembelajaran Kalor siswa kelas VII SMP Negeri 1 Martapura pada setiap
kategori dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 2 Prosentase Hasil
Belajar Siswa Setiap Kategori
No
|
Interval
|
Kategori
|
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
||
Jumlah Siswa
|
Prosentase
|
Jumlah Siswa
|
Prosentase
|
|||
1
|
>86,97
|
Tinggi
|
13
|
38,24%
|
1
|
3,03%
|
2
|
64,17
– 86,97
|
Sedang
|
19
|
55,88%
|
26
|
78,79%
|
3
|
<66,53
|
Rendah
|
2
|
5,88%
|
6
|
18,18%
|
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran Fisika materi
pembelajaran Kalor siswa menggunakan strategi pembelajaran Active Learning dan strategi pembelajaran konvensional adalah
sedang. Lebih jelasnya perbandingan hasil belajar siswa dapat dilihat pada
diagram berikut:
Analisis data dilakukan menggunakan teknik
statistika inferensial yang berupa uji t atau t-test maupun uji Kai Kuadrat (Chi
Square Test). Analisis data pada penelitian ini digunakan uji t atau t-test dengan
rumus berikut:
Jika dikonsultasikan dengan harga
kritik t pada taraf signifikansi 5%
atau interval kepercayaan 95% dengan db = (N1 + N2 – 2) =
34 + 33 – 2 = 65 maka diperoleh ttabel = 1,98 (Riduwan, 2011:197).
Oleh karena itu dapat disimpulkan thitung
> ttabel atau 4,91 > 1,98. Adapun kriteria
pengujian adalah sebagai berikut:
Ho
diterima (Ha ditolak) apabila
-ttabel < thitung < ttabel .
Ho
ditolak (Ha diterima)
apabila thitung < - ttabel dan thitung
> ttabel.
Karena
thitung 4,91 lebih besar dari harga ttabel = 1,98 pada taraf signifikan
5% maka Ho yang menyatakan tidak terdapat pengaruh
penerapan strategi active learning yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014 ditolak, sedangkan Ha yang
menyatakan terdapat pengaruh penerapan
strategi active learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa
pada materi pembelajaran Kalor
di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014 diterima.
I.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis
hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil
belajar Fisika pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1
Martapura tahun pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan strategi
pembelajaran Active Learning adalah
sedang
dengan nilai rata-rata 81,91 dan standar deviasi 10,30.
2. Hasil belajar
Fisika pada materi pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura tahun
pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan strategi konvensional
adalah sedang dengan nilai rata-rata 69,97 dan standar deviasi
9,28.
3. Berdasarkan
hasil uji t diperoleh harga thitung sebesar = 4,91
sedangkan ttabel = 1,98. Oleh karena itu dapat disimpulkan thitung > ttabel atau 4,91 > 1,98,
sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima
yang berarti hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan strategi active
learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi
pembelajaran Kalor di kelas VII SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014 diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2008. Cooperatif
Learning. Jakarta: Rahayasa.
Karso, Sabaruddin. 1993. Tinjauan Pembelajaran Fisika
SMP. Jakarta: Depdiknas.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Murdilarto. 2013. Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Amisco.
Mustofa, Arif. 2011. Belajar
dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam
Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Ost dan Geroge.
2013. Pembelajaran SAINS. Jakarta:
Gramedia.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana dan Arifin Daeng. 2008. Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
Sudrajat, Rahardi Moersetyo, dan Subana. 2005. Statistik
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&B. Bandung: Alfabeta.
Sumiati dan Azra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Suprijono. 2008.
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Yasin, M. 2008. Belajar Mudah Penelitian, Guru dan Karyawan.
Bandung: Alfabeta.