Sabtu, 27 September 2014

PENGARUH PENERAPAN INFORMATION PROCESSING MODEL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN GERAK LURUS BERATURAN KELAS VII SMP NEGERI 3 BUAY PEMUKA PELIUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014



PENGARUH PENERAPAN INFORMATION PROCESSING MODEL TERHADAP  HASIL BELAJAR FISIKA  SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN GERAK LURUS BERATURAN KELAS VII SMP NEGERI 3 BUAY PEMUKA PELIUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

A.  Pendahuluan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (Depdiknas, 2003:2). Berdasarkan penjelasan tersebut, pendidikan merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengarahkan serta mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar dapat berkembang secara maksimal. Usaha dalam pendidikan dilakukan dalam suatu kegiatan yang disusun secara sistematis dalam kegiatan belajar.
Djamarah (2008:13) menjelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut pengertian tersebut belajar adalah suatu kegiatan melibatkan dua unsur yaitu jiwa serta raga. Aspek raga dalam belajar adalah segala bentuk aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam belajar. Perubahan diperoleh melalui belajar bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan baru. Semua bentuk perubahan pada fisik yang tidak ada relevansi dengan kegiatan belajar tidak dapat disebut sebagai perubahan akibat belajar. Oleh karena itu, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan umumnya disebut hasil belajar.
Purwanto (2010:97) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah suatu keadaan fisik maupun psikis individu setelah   proses   belajar  selesai. Oleh karena itu  belajar   dikatakan  berhasil apabila terjadi perubahan individu baik secara fisik maupun psikis ke arah positif. Senada dengan Purwanto, Rasyid (2008:79) mengatakan ”Hasil belajar adalah perubahan baik secara fisik maupun psikis pada diri seseorang setelah proses belajar dilaluinya selesai”. Inti dari hasil belajar adalah perubahan. Hasil dari belajar dapat diketahui dari banyak sedikitnya perubahan dialami oleh seseorang setelah menyelesaikanbelajarnya. Hasil belajar dalam bahasa keseharian dapat disebut dengan hasil belajar”.
Pencapaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Djamarah (2008:17) mengatakan bahwa keberhasilan belajar dan pencapaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari diri siswa sendiri dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri siswa dapat berupa tingkat inteligensi, motivasi, minat dan lain sebagainya. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar dari luar diri siswa meliputi lingkungan, profesionalisme guru, penggunaan media dan model pembelajaran tertentu. Model  pembelajaran  sebagai  salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, mempunyai peran besar besar dalam seluruh kegiatan pembelajaran.
Berkaitan peran model pembelajaran, Djamarah (2006:3) mengatakan bahwa kemampuan dan hasil belajar siswa ditentukan oleh kesesuaian model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan pembelajaran. Hal tersebut berarti bahwa tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. Ketidaksesuaian model pembelajaran dengan tujuan serta karakteristik materi pembelajaran akan mengakibatkan pencapaian hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal tersebut sebagaimana terjadi pada pembelajaran fisika di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional ceramah.
Penggunaan metode ceramah menjadikan pembelajaran fisika di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung bersifat verbalis dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran menjadi rendah. Selama pembelajaran menggunakan metode ceramah, siswa hanya berperan sebagai objek belajar yang hanya mendengarkan penjelasan guru secara pasif sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar fisika siswa kurang maksimal. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan suatu penelitian berbentuk eksperimental melalui perubahan model pembelajaran yang digunakan.
Model pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam diantaranya model  pembelajaran  individual, model pembelajaran kolaboratif maupun model pembelajaran pengelolaan informasi atau Information Processing Model. Model pembelajaran Processing Information atau model pembelajaran pemrosesan informasi dikembangkan melalui model pengembangan kapasitas berfikir yang diilhami oleh metode klinis ciptaan Jean Piaget (dalam Amri, 2010:96). Pengembangan kapasitas berfikir ini  diarahkan pada pengembangan-pengembangan daya cipta akal siswa, berfikir kritis siswa, penilaian mandiri siswa juga pengembagan, maupun sosio emosional siswa.
Melalui penerapan Information Processing Model diharapkan siswa akan lebih memahami berbagai informasi yang disampaikan melalui proses pembelajaran. Pemahaman terhadap berbagai informasi tentang materi pelajaran akan memberikan kepahaman siswa terhadap materi pelajaran secara keseluruhan, sehingga siswa akan lebih mudah menyelesaikan berbagai permasalahan maupun soal-soal pada pembelajaran fisika. Information Processing Model menekankan pada pemberian informasi kepada siswa kemudian menugaskan siswa mengaktualisasikan informasi yang diberikan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan atau soal-soal materi pelajaran fisika. Information Processing Model dimungkinkan efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran ilmu-ilmu eksak termasuk fisika.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian tentang pengaruh penerapan Information Processing Mode terhadap hasil belajar fisika perlu diungkap. Penelitian dilaksanakan melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan  dalam suatu studi eksperimen, sehingga penelitian ini mengambil judul Pengaruh Penerapan Information Processing Model Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pembelajaran Gerak Lurus Beraturan Kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun pembelajaran 2013/2014”.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh penerapan Information Processing Model terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun pembelajaran 2013/2014?”. Masalah penelitian dapat diperinci melalui berbagai rincian masalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan Information Processing Model pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri Buay Pemuka Peliung Tahun Pembelajaran 2013/2014?
2.        Bagaimana hasil belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri Buay Pemuka Peliung Tahun Pembelajaran 2013/2014?
3.        Adakah pengaruh Information Processing Model terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pembelajaran 2013/2014?

C.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan Information Processing Model terhadap hasil belajar fisika pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun pembelajaran 2013/2014.

D.  Manfaat Penelitian
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah intelektual bidang penelitian pendidikan terkait penerapan berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelajaran fisika materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan guru bidang studi fisika dalam melaksanakan pembelajaran. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran fisika materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan.

E.  Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang diajukan. Sugiyono (2006:81) mengatakan bahwa dalam statistik hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi. Pada penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0   Tidak terdapat pengaruh penerapan Information Processing Model yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pembelajaran 2013/2014.
Ha Terdapat  pengaruh penerapan Information Processing Model yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di  kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pembelajaran 2013/2014.
F.   Landasan Teori
1.        Information Processing Model
Information Processing Model merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert M. Gagne. Menurut Gagne (dalam Budiningsih, 2005:16), ”Belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi”. Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan penggiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif. Teori informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah.
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Information Processing Model dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada kemampuan memproses informasi. Berkaitan pengertian Information Processing Model, Amri (2010:96) menjelaskan bahwa model pembelajaran Processing Information atau model pembelajaran pemrosesan informasi dikembangkan melalui pembinaan kapasitas berfikir yang diilhami oleh metode klinis ciptaan Jean Piaget. Sejalan dengan pendapat Amri,  Trianto (2007:47) menjelaskan bahwa model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya. Beberapa model dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Beberapa model sengaja dirancang untuk memperkuat kemampuan intelektual umum.
Secara lebih terperinci Silberman (2002:144) menjelaskan pengertian Information Processing Model dengan mengungkapkan, “Information Processing Model sama dengan ujian buka buku. Tim mencari informasi yang menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Model ini khususnya sangat membantu dalam materi pembelajaran yang membosankan”. Model pembelajaran pengolahan informasi atau Information Processing Model pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya. Beberapa model dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah konsep. Sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Beberapa model sengaja dirancang untuk memperkuat kemampuan intelektual umum.
Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis (Rusman, 2011:139).
Model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal datang dari dalam diri untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya. Beberapa model dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif.

2.        Langkah Penerapan Information Processing Model
Penerapan model pembelajaran pemrosesan informasi dilakukan berdasarkan jenis model yang diterapkan. Rusman (2011:138) menyebutkan langkah-langkah penerapan model pemrosesan informasi sebagai berikut:
1)        Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran.
2)        Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa
3)        Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
4)        Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang direncanakan.
5)        Memberikan bimbingan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
6)        Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
7)        Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
8)        Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
9)        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
Berdasarkan sintaks pembelajaran Information Processing Model, maka disusun langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 1 Langkah Pembelajaran Menggunakan Information Processing Model

Langkah
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Awal
1.  Guru menjelaskan tujuan serta topik pembelajaran yang akan dilaksanakan
2.  Melakukan tindakan awal untuk menarik perhatian siswa yaitu dengan memberikan teka-teki yang harus dijawab siswa.
3.  Merangsang siswa untuk memulai aktivitas belajar dengan memberikan apersepsi berupa pertanyaan sebagai prasyarat pengetahuan awal
1.  Siswa menyimak penjelasan guru

2.  Siswa memberikan respon terhadap teka-teki yang diberikan oleh guru

3.  Siswa memberikan respon dengan menjawab pertanyaan guru sebagai bentuk pengetahuan awalnya
Inti
1.    Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai topik pembelajaran kemudian menugaskan siswa untuk membaca materi pelajaran dalam buku paket kemudian membuat rangkuman dari buku tersebut
2.    Guru memberikan bimbingan terhadap aktivitas belajar siswa yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi kemudian memberikan masalah sesuai topik untuk didiskusikan siswa
3.    Guru menugaskan siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
4.    Guru memberikan penguatan terhadap hasil presentasi siswa
5.    Guru memberikan dengan menanyakan berbagai perilaku yang ditampilkan siswa selama mengikuti pembelajaran
6.    Guru membagikan soal-soal evaluasi
1.  Siswa menyimak penjelasan guru kemudian membaca buku paket dan merangkum isi buku sesuai topik pembelajaran



2.  Siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan bimbingan dan instruksi guru




3.  Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

4.  Siswa menyimak penguatan yang diberikan guru
5.  Siswa memberikan respon dengan mengemukakan berbagai argumentasi yang rasional
6.  Siswa mengerjakan soal evaluasi
Penutup
1.    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi pembelajaran yang belum dipahaminya
2.    Guru menyimpulkan materi pembelajaran
3.    Guru merefleksi dan memberikan penguatan
1.    Siswa menanyakan materi pembelajaran yang belum dipahaminya


2.    Siswa mencatat kesimpulan yang diberikan guru
3.    Siswa menyimak refleksi dan penguatan yang diberikan guru

3.        Kelebihan dan Kelemahan Information Processing Model
Menurut Roestiah (2008:76) keunggulan model pembelajaran Processing Information adalah sebagai berikut:
1)        Dapat membentuk dan mengembangkan sel-consept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2)        Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3)        Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4)        Mendorong siswa berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5)        Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
6)        Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7)        Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8)        Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9)        Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.
10)    Dapat memberi waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Model pembelajaran Processing Information mengandung proses mental yang tingkatannya cukup tinggi. Sukmadinata (2005:174) menyebutkan bahwa proses mental yang ada pada inquiri diantaranya merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Diskusi yang dilakukan dalam pembelajaran model pembelajaran Processing Information menuntut guru untuk mengarahkan kegiatan mental siswa sesuai dengan perencanaan. Sukmadinata (2005:175) menyebutkan keuntungan model pembelajaran Processing Information sebagai berikut:
1)        Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan mengumpulkan atau memproses keterangan dengan inquiri approach dapat dikembangkan seluas-luasnya.
2)        Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
Berdasarkan keunggulan model pembelajaran Processing Information tersebut guru atau pelaksanaan pembelajaran dapat mensiasati atau lebih kreatif dalam mendesain kelas sehingga terciptalah suasana kelas yang kondusif. Model pembelajaran Processing Information menuntut kekreatifan guru dalam mengatur kelas sehingga siswa menjadi termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran diupayakan terfokus pada aktivitas belajar siswa sehingga peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai penyampai informasi maupun pesan, sedangkan siswa mengolah informasi untuk menarik generalisasi hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

4.        Hasil Belajar Fisika
Hasil belajar merupakan kemampuan diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap maupun keterampilan siswa sehingga lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar siswa diketahui melalui evaluasi atau tes pengukuran hasil belajar. Hamalik (2010:48) mengatakan, ”Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor pada situasi tertentu berkat pengalaman berulang-ulang”. Sedangkan Sudjana (2006:3) menjelaskan bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, psikomotor dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan kecakapan diberbagai bidang seperti kemampuan berpikir atau kognitif, kemampuan menghayati atau afektif atau kemampuan mempraktekkan materi pelajaran atau psikomotorik.
Berdasarkan pengertian hasil belajar diketahui bahwa hasil belajar merupakan tingkat pencapaian belajar siswa yang termanifestasikan dari nilai hasil tes pada materi pembelajaran tertentu. Hasil belajar seseorang sesuai tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran berbentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa. Hasil  belajar merupakan tingkat prestasi diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan dimana akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri individu.

5.        Model Pembelajaran sebagai Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dari lingkungan sekolah adalah penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa. Djamarah (2006:46) mengatakan “Dalam kegiatan belajar mengajar, model pembelajaran diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan ingin dicapai setelah pengajaran berakhir”. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya tanpa menguasai model pembelajaran.
Model pembelajaran sebagai alat pencapaian tujuan memerlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri, karena itu perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyaratan penting sebelum seorang guru menentukan dalam memilih model pembelajaran dengan tepat. Pemilihan model pembelajaran dengan tepat akan menumbuhkan minat siswa. Sumiati (2008:3) mengatakan “Semakin banyak variasi model pembelajaran yang diberikan kepada siswa akan menumbuhkan minat serta motivasi siswa untuk mau belajar”.
Ihsan (2010:92) mengatakan “Pembelajaran dengan menggunakan berbagaimacam model pembelajaran yang dilakukan secara tepat serta penuh perhatian oleh guru, akan memperoleh minat belajar para siswa sehingga akan mempertinggi hasil belajar pada siswa”. Selain itu, Suryosubroto (2010:148) menyatakan bahwa “Model pembelajaran, adalah cara pelaksanaan proses pembelajaran atau saat bagaimana atau teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa atau murid-murid di sekolah”.
Kemampuan mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran dengan tepat merupakan tuntunan yang harus dipenuhi guru. Nasution, (2010:40), dalam memilih model pembelajaran seorang guru harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1)        Kesesuaian model pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan pelajar.
2)        Kemampuan pengajar dalam menggunakan model pembelajaran tersebut
3)        Kesesuaian model pembelajaran yang digunakan dengan fasilitas tersedia.
4)        Kesesuaian model pembelajaran digunakan oleh guru dengan lingkungan pendidikan.
Slameto (2010:65) mengatakan ”Model pembelajaran guru yang kurang baik akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa yang tidak baik pula”. Model  pembelajaran yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya yang berimplikasi siswa malas untuk belajar. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana, kemampuan guru dalam mengimplementasikan metode serta karakteristik mata pelajaran.

6.        Materi Gerak Lurus Beraturan
Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan. Titik acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat. Gerak bersifat relative artinya gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya. Benda yang bergerak dapat dikatakan tidak bergerak, sebagai contoh meja yang ada dibumi pasti dikatakan tidak bergerak oleh manusia yang ada dibumi. Tetapi bila matahari yang melihat maka meja tersebut bergerak bersama bumi mengelilingi matahari.
Gerak Lurus didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap artinya baik besar maupun arahnya tetap. Kecepatan tetap yaitu benda menempuh jarak yang sama untuk selang waktu yang sama. Misalnya sebuah mobil bergerak dengan kecepatan tetap 75 km/jam atau 1,25 km/menit, berarti setiap menit mobil tersebut menempuh jarak 1,25 km karena kecepatan benda tetap, maka kata kecepatan pada besaran dan satuan dapat diganti menjadi kelajuan. Dengan demikian dapat juga didefinisikan gerak luruh beraturan sebagai suatu benda pada lintasan lurus dengan kelajuan tetap.
Gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap artinya baik besar maupun arahnya tetap. Kecepatan tetap yaitu benda menempuh jarak yang sama untuk selang waktu yang sama. Misalnya sebuah mobil bergerak dengan kecepatan tetap 75 km/jam atau 1,25 km/menit, berarti setiap menit mobil tersebut menempuh jarak 1,25 km. karena kecepatan benda tetap, maka kata kecepatan pada gerak lurus beraturan dapat diganti menjadi kelajuan. Dengan demikian dapat juga didefinisikan gerak lurus beraturan sebagai suatu benda pada lintasan lurus dengan kelajuan tetap. Gerak lurus beraturan adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan v tetap (percepatan a = 0) sehingga jarak yang ditempuh s hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetap dalam waktu tertentu. Pada umumnya gerak lurus beraturan didasari oleh hukum Newton I (S F = 0).

G.  Metodologi Penelitian
1.        Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran di kelas, sehingga membutuhkan waktu tertentu. Perlakuan penelitian dilakukan dengan mengadakan pembelajaran menggunakan Information Processing Model dan menggunakan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu waktu penelitian disesuaikan dengan kalender pendidikan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksperimental yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung pada mata pelajaran fisika materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan.

2.        Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental yaitu suatu situasi penelitian dengan sekurang-kurangnya satu variabel bebas yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti”. Rancangan penelitian eksperimen ini menggunakan Posttest Only Control Group Design. Adapun secara singkat rancangan penelitian ini dapat digambarkan dalam desain sebagai berikut.
E                       X1                   O
 ………………………........
K                      X2                  O
Gambar 1  Desain Penelitian Posttest Only Control Group Design

Keterangan:
E     :    Kelompok eksperimen.
K    :    Kelompok kontrol/pengendali.
X1   :    Perlakuan eksperimen pembelajaran dengan Information Processing Model.
X2   :    Pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.
O    :    Test yang dikenakan pada kedua kelompok setelah pembelajaran selesai (Arikunto, 2006:80).

3.        Variabel Penelitian
Jenis variabel digunakan pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel pengaruh maupun sebab. Variabel terikat adalah variabel terpengaruh atau variabel akibat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan Information Processing Model. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung.

4.        Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 91 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan melalui arisan yaitu dengan memberikan nomor urut kepada seluruh kelompok populasi yaitu nomor 1 untuk kelas VII-1, nomor 2 untuk kelas VII-2, nomor 3 untuk kelas VII-3 kemudian mengambil secara acak nomor-nomor tersebut. Nomor populasi terambil ditetapkan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengambilan sampel tersebut, nomor yang keluar adalah nomor 1 dan 2. Oleh karena itu kelas VII-1 dan kelas VII-2 ditetapkan sebagai sempel penelitian. Kelas VII-1 adalah kelompok eksperimen dan ditetapkan sebagai sampel penggunaan Information Processing Model, sedangkan kelas VII-2 adalah kelompok kontrol dan ditetapkan sebagai sampel dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

5.        Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini dikumpulkan menggunakan satu metode yaitu metode tes.  Arikunto (2001:52) menjelaskan bahwa tes diambil dari kata testum berarti piring untuk menyisihkan logam mulia. Secara istlah tes adalah alat atau prosedur untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara serta aturan-aturan tertentu. Sementara Margono (2010:170) mengemukakan bahwa ”“Tes adalah seperangkat rangsangan diberikan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban sebagai dasar bagi penetapan skor angka”.

6.        Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan kegiatan sebagai berikut:
a.    Menentukan Formulasi Hipotesis
Ho   Tidak terdapat  pengaruh penerapan Information Processing Model yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014.
 Ha  Terdapat  pengaruh penerapan Information Processing Model yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014.


b.   Menentukan Nilai Uji Statistik

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan rumus statistik uji t sebagai berikut:
 
Keterangan:
X1           = Rata-rata skor kelompok I.
X2           = Rata-rata skor kelompok II.
     = Standar deviasi kelompok I.
     = Standar deviasi kelompok II.
N1       = Jumlah sampel kelompok I.
N2       = Jumlah sampel kelompok II (Hasan, 2010:126).
Penerimaan atau penolakan hipotesis sebagaimana tersebut, dilakukan dengan kriteria uji satu pihak sebagai berikut:
Ho diterima (Ha ditolak) apabila thitung < ttabel
Ho ditolak (Ha diterima)   apabila thitung > ttabel (Hasan, 2010:90).
Taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05 dengan dk n – 2.

H.  Hasil Penelitian
Hasil belajar fisika  pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan siswa kelas VII.1 SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yang pembelajarannya menggunakan Information Processing Model lebih baik dibandingkan siswa kelas VII.2 SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut terbukti dari tabel prosentase yang menunjukkan bahwa pada kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan Information Processing Model terdapat 15 siswa (48,39%) memperoleh nilai kategori tinggi dan tidak terdapat satu siswa pun pada kelas menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki nilai kategori tinggi. Lebih jelasnya hasil belajar siswa setiap kelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Prosentase Hasil Belajar Siswa Setiap Kategori
No
Interval
Kategori
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah Siswa
Prosentase
Jumlah Siswa
Prosentase
1
>88,55
Tinggi
15
48,39%
0
0%
2
66,23–88,55
Sedang
15
48,39%
20
64,52%
3
<66,23
Rendah
1
3,23%
11
35,48%

Sebelum melakukan perhitungan menggunakan uji t-test terlebih dahulu disajikan daftar nilai rata-rata dan standar deviasi kedua data sebagai berikut:
Tabel 3 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kedua Data Hasil Tes
Variabel
Hasil Belajar Siswa
Information Processing Model
Model Pembelajaran Konvensional
Rata-rata
84,37
71,47
Standar Deviasi
9,70
9,03

Berdasarkan tabel 3 maka dilakukan perhitungan hipotesis sebagai berikut:
5,33
Berdasarkan hasil uji t diperoleh harga thitung sebesar = 5,33. Jika dikonsultasikan dengan harga kritik t pada taraf signifikansi 5% atau interval kepercayaan 95% dengan db = (N1 + N2 – 2) = 31 + 31 – 2 = 60 maka diperoleh ttabel = 2,00 (Riduwan, 2011:197). Oleh karena itu dapat disimpulkan thitung > ttabel atau 5,33 > 2,00. Adapun kriteria pengujian satu pihak adalah sebagai berikut:
Ho diterima (Ha ditolak) apabila  thitung <  ttabel 
Ho ditolak (Ha diterima)   apabila thitung > ttabel.
Karena thitung 5,33 lebih besar dari harga ttabel = 2,00 pada taraf signifikan 5% maka  Ho yang menyatakan tidak terdapat pengaruh penerapan Information Processing Model yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pembelajaran 2013/2014 ditolak, sedangkan Ha yang menyatakan terdapat  pengaruh penerapan Information Processing Model yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pembelajaran 2013/2014 diterima.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan uji t-test diketahui bahwa thitung > ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan Information Processing Model terhadap hasil belajar mata pelajaran fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan harga thitung sebesar 5,33. Setelah diketahui harga thitung langkah selanjutnya adalah menentukan koefisien penentu menggunakan rumus berikut:
KP  = t2 x 100%
= 5,332 x 100%
= 28,41%
Perhitungan koefisien penentu menunjukkan bahwa besar kontribusi Information Processing Model terhadap hasil belajar mata pelajaran fisika materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung sebesar 28,41%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan Information Processing Model memiliki pengaruh sebesar 28,41% terhadap hasil belajar fisika materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan siswa.

I.     Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Hasil belajar fisika materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan Information Processing Model adalah tinggi dengan nilai rata-rata 84,37 dan standar deviasi 9,70.
2.    Hasil belajar fisika materi pembelajaran Gerak Lurus Beraturan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional adalah sedang dengan nilai rata-rata 71,47 dan standar deviasi 9,03.
3.    Terdapat pengaruh yang signifikan penerapan Information Processing Model terhadap hasil belajar fisika materi Gerak Lurus Beraturan di kelas VII SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung dengan harga ttabel 5,33, thitung 2,00 dan koefisien penentu 28,41%.







DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Prestasi Publisher.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Iqbal. 2010. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005. Psikologi Belajar;Perkembangan Bahasa Anak, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumiati dan Azra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka Prestasi Publisher.