Sabtu, 04 Januari 2014

PENGARUH METODE MASTERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PAI



PENGARUH METODE MASTERY LEARNING TERHADAP HASIL
BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SISWA SMP NEGERI 3 BUAY PEMUKA PELIUNG

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, informal di sekolah, dan di luar sekolah,yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat (Mudiyahardjo, 2002:11).
Pendidikan dalam perkembangannya berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa. Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Ramayulis (2004:1) mengemukakan, ”Pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan”.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat dianjurkan dalam Islam. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki manusia sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nahl ayat 78 sebagai berikut:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s?
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Departemen Agama RI, 2010:413).

Salah satu bentuk pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan formal Indonesia adalah Pendidikan Agama Islam. Uhbiyati (1998:9) mengatakan, ”Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”. Kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Agama Islam yang mengidentifikasi sasaran dengan bersumberkan Al-Qur’an berusaha mengantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Oleh karena itu, secara khusus Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 ayat 1 menyebutkan, ”Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus” (Depdiknas, 2003:8).
Pendidikan Agama Islam diberikan diseluruh jenjang pendidikan baik umum maupun lembaga pendidikan agama di Indonesia termasuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada Sekolah Menengah Pertama, kurikulum Pendidikan Agama Islam mempunyai kedudukan yang strategis untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, sejajar dengan mata pelajaran lainnya. Keberadaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama tidak terpisahkan dari pendidikan nasional yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni. Realisasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama adalah membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikannya berakhlak mulia. Sejalan dengan tujuan ini, maka semua mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik harus mengandung muatan pendidikan akhlak yang harus diperhatikan setiap guru.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama merupakan penggabungan dari beberapa disiplin ilmu keagamaan yaitu Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit atau dua jam pelajaran setiap minggunya. Dua jam pelajaran dikelas memang tidaklah akan cukup untuk menyampaikan informasi keagamaan yang begitu komplek. Apabila tidak  pandai mensiasatinya maka informasi yang diterima siswa dikhawatirkan hanya akan menyentuh aspek kognitif saja sementara aspek afektif dan psikomotor tidak dapat tersentuh sebagaimana terjadi di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan pada tanggal 15 Desember 2013 diketahui bahwa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung, guru hanya menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Praktik pembelajaran dilakukan dengan membagikan buku paket kepada seluruh siswa, menugaskan siswa membuat rangkuman materi dari buku paket kemudian guru menjelaskan materi pelajaran secara verbal. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung berjalan dengan sistem komunikasi satu arah yaitu dari guru kepada siswa yang tidak diiringi komunikasi terbalik dari siswa kepada guru. Secara singkat dapat dideskripsikan bahwa pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung masih terpusat kepada guru.
Keadaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung berakibat pada rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut diketahui dari hasil dokumentasi nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang menunjukkan bahwa dari 25 siswa kelas VIII-2 hanya terdapat 11 siswa (44%) yang mendapatkan nilai murni diatas Kriteria Ketuntasan Minimal, sedangkan 14 siswa (56%) lainnya memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.
Data hasil dokumentasi nilai murni hasil semester genap siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sangat rendah. Hal tersebut mengindikasikan adanya masalah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas tersebut. Setelah diadakan identifikasi penyebab adanya masalah diketahui bahwa rendahnya hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung disebabkan karena kekurangtepatan metode pembelajaran yang diterapkan guru.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengujicobakan metode pembelajaran Mastery Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung. Pemilihan metode Mastery Learning didasarkan pada asumsi peneliti bahwa pada metode Mastery Learning penekanan utamanya adalah ketuntasan belajar siswa. Pada metode Mastery Learning, pembelajaran akan dianggap tuntas apabila siswa benar-benar telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Selain itu, pada metode Mastery Learning terdapat program pengayaan serta remedial yang memungkinkan siswa lebih dapat memahami materi pelajaran sehingga berimplikasi pada peningkatan hasil belajarnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini dirumuskan judul “Pengaruh Metode Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.         Bagaimanakah hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yang pembelajarannya menggunakan metode Mastery Learning Tahun Pelajaran 2013/2014?
2.         Bagaimanakah hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yang pembelajarannya tanpa menggunakan metode Mastery Learning Tahun Pelajaran 2013/2014?
3.         Apakah terdapat pengaruh penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014?

C.      Batasan Masalah
Mengingat luasnya objek penelitian, maka untuk menghindari terjadinya pembiasan peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
1.         Metode Mastery Learning dimaksudkan pada penelitian ini adalah metode yang secara konseptual menekankan pada ketuntasan belajar siswa melalui pemaksimalan aktivitas belajar siswa dalam program pengayaan maupun remedial.
2.         Hasil belajar dimaksudkan pada penelitian ini adalah skor nilai yang diperoleh oleh siswa setelah mengerjakan soal-soal tes yang disusun peneliti khusus untuk penelitian ini.
3.         Pengaruh metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa diketahui dengan cara membandingkan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode Mastery Learning.
4.         Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Tahun Pelajaran 2013/2014.

D.      Tujuan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan berbagai macam tujuan. Secara garis besar tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.         Tujuan Umum
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nurul Huda Sukaraja. Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran secara ilmiah tentang efektivitas penerapan metode Mastery Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2.         Tujuan Khusus
Tujuan khusus suatu penelitian merupakan tujuan yang didasarkan pada rumusan masalah. Oleh karena itu, berdasarkan rumusan masalah, secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.        Hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yang pembelajarannya menggunakan metode Mastery Learning Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.        Hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yang pembelajarannya tanpa menggunakan metode Mastery Learning Tahun Pelajaran 2013/2014.
3.        Pengaruh penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014.

E.       Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.
1.         Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dalam memilih serta menerapkan metode pembelajaran pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan para guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan metode Matery Learning. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah intelektual bidang penelitian kependidikan.
2.         Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat secara praktis bagi berbagai pihak sebagai berikut:
a.        Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan korektor terhadap pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan rancangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung.
b.        Bagi Guru Pendidikan Agama Islam
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para guru khususnya di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung dalam menerapkan metode Mastery Learning pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih serta menerapkan metode dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


c.         Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman siswa mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi siswa khususnya di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yaitu meningkatnya hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
d.        Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media pengembangan keilmuan peneliti pada bidang penelitian kependidikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang notabene adalah calon guru dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kemudian hari. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian-penelitian kependidikan selanjutnya.

F.       Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalah pengertian dari variabel yang diungkap dalam definisi konsep secara operasional, praktik, riil, nyata dalam lingkup obyek penelitian. Definisi operasional variabel adalah proses penentuan ukuran suatu variabel yang disusun definisi operasionalnya. Rumusan definisi operasional variabel penelitian ini diurakan sebagai berikut:

1.         Metode Mastery Learning
Patoni (2004:161) mengatakan, ”Mastery Learning adalah suatu belajar dengan mengharapkan siswa dapat menguasai tujuan intruksional umum (basic learning obyektives) dari suatu satuan atau unit belajar tuntas”. Metode Mastery Learning adalah metode pembelajaran dengan menggunakan masalah yang direkayasa guru untuk diselesaikan siswa sedangkan materi pelajaran dibagi dalam sub-sub tertentu.  Siswa dalam metode Mastery Learning harus mengorganisasikan bahan pelajaran dalam bentuk akhir. Oleh karenanya jenis evaluasi digunakan dalam Mastery Learning adalah evaluasi hasil akhir. Metode Mastery Learning biasa disebut dengan belajar tuntas.
2.         Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Aly (2008:66) mendefinisikan hasil belajar Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah hasil yang dicapai siswa dalam menerima, memahami serta mengamalkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua di lingkungan sekolah, keluarga atau masyarakat sehingga siswa memiliki potensi serta bakat sesuai yang dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat jasmani dan rohaninya serta beriman kepada Allah swt.

Berdasarkan pendapat tersebut, secara singkat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan yang telah diikuti siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Hasil  belajar Pendidikan Agama Islam adalah tingkat  kecakapan dan keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam yang diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan yang diikuti siswa melalui proses belajar di sekolah yang meliputi mata pelajaran Fiqih, Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, dan SKI. Hasil belajar diketahui menggunakan tes yang disusun khusus untuk penelitian ini.

G.      Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka-pustaka terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai review pustaka berupa laporan penelitian dan sebagainya tentang masalah yang berkaitan dengan fokus penelitian. Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang mendasar dalam penelitian untuk menjaga keorisinilan penelitian akan dilaksanakan.
Berdasarkan penjelasan tinjauan pustaka di atas, peneliti melakukan penelusuran terhadap kepustakaan kampus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nurul Huda Sukaraja. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa belum terdapat skripsi yang meneliti tentang pengaruh metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena di perpustakaan kampus tidak diketemukan, maka peneliti melakukan penelusuran terhadap jurnal yang dimuat melalui media web.
Hasil penelusuran melalui web diperoleh skripsi dengan judul “Efektivitas Penerapan Metode Mastery Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Kediri Jawa Timur”. Skripsi tersebut ditulis oleh Muhammad Ali Makhrus tahun 2007 untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Tribakti Kediri. Penelitian tersebut merupakan bentuk penelitian eksperimental yang dilakukan melalui treatment penggunaan metode Mastery Learning. Teknik pengumpulan data pada penelitian tersebut adalah tes. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan metode Mastery Learning dan siswa yang pembelajarannya tanpa menggunakan metode Mastery Learning namun hanya menggunakan metode ceramah. Analisis data yang digunakan dalam skripsi tersebut adalah analisis statistik menggunakan rumus t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Mastery Learning efektif digunakan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Kediri yang ditunjukkan oleh hasil belajar siswa menggunakan metode Mastery Learning lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan metode Mastery Learning.
Berdasarkan hasil penelusuran tersebut, peneliti bermaksud mengembangkan pola pikir dalam bentuk penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh metode Mastery Learning terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah jika penelitian terdahulu menggunakan kelas kontrol, pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan satu kelas dengan desaian pretest-postest. Oleh karena itu, penelitian ini dianggap masih orisinil dan layak untuk diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nurul Huda Sukaraja.

H.      Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2010:81) mengatakan, ”Hipotesis dalam statistik diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi”. Hipotesis penelitian terbagi dua yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nihil. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja (Ha) adalah hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data nyata dilapangan. Hipotesis alternatif dirumuskan dengan kalimat positif seperti “terdapat perbedaan prestasi antara variabel X dengan menggunakan variabel Y dengan variabel X menggunakan variabel YY”. Sedangkan hipotesis nihil (Ho atau H1) adalah pernyataan tidak adanya hubungan, pengaruh, atau perbedaan antara parameter. Hipotesis nihil dirumuskan dengan kalimat negatif seperti “tidak terdapat perbedaan prestasi antara variabel X dengan menggunakan variabel Y dengan variabel X menggunakan variabel YY”.
Berdasarkan penjelasan pengertian dan pembagian hipotesis, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Ho   Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 213/2014.
Ha   Terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 213/2014.
Hipotesis penelitian tersebut merupakan hipotesis nondireksional yaitu hipotesis yang tidak menunjukkan arah tertentu. Oleh karena, uji hipotesis statistik dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak dengan kriteria sebagai berikut:
H0 diterima Ha ditolak jika  ttabel > thitung.
H0 ditolak Ha diterima jika thitung < ttabel.

I.         Metodologi Penelitian
1.         Variabel Penelitian
Perhatian utama penelitian pendidikan terletak pada pembahasan dan analisis terhadap hasil-hasil pengukuran. Pembahasan hasil penelitian ini akan menjadi lebih efektif apabila peneliti memiliki kriteria yang tepat terhadap hasil. Kriteria ini berupa batasan operasional tentang hasil. Batasan operasional ini adalah suatu bukti tentang variabel-variabel yang diteliti dan akan diterima oleh peneliti.
Variabel atau faktor penelitian memiliki peranan sangat penting dalam suatu penelitian pendidikan. Danim (2010:44) mengemukakan, ”Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Ada juga yang menganggap variabel sebagai gejala sesuatu yang bervariasi”. Sedangkan Soemanto (2009:71) menjelaskan, ”Variabel adalah suatu atribut atau sifat dari objek yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari Informasinya serta ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pengertian-pengertian variabel dapat disimpulkan bahwa variabel adalah objek penelitian. Variabel adalah masalah-masalah penelitian berupa benda, orang maupun gejala fakus penelitian atau pengamatan. Oleh karenanya variabel penelitian dapat disebut dengan pusat objek penelitian.
Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu metode Mastery Learning sebagai variabel independen (variabel bebas) yang selanjutnya disebut variabel X dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam sebagai variabel dependen (variabel terikat) yang selanjutnya disebut variabel Y. Hubungan antara variabel bersifat satu arah dan dapat digambarkan sebagai berikut:
VARIABEL BEBAS X
PENGARUH
VARIABEL TERIKAT Y
Penerapan Metode Mastery Learning
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang meliputi mata pelajaran Fiqih, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadis, dan SKI
2.         Desaian Penelitian
Penelitian dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Apabila dilihat dari teknik analisis data yang digunakan, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Sugiyono (2010:7) menjelaskan penelitian kuantitatif sebagai berikut:
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka analisis data pada penelitian ini didasarkan pada pola statistik atau perhitungan data berupa angka. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah penelitian komparasional atau Ex Post Facto. Sugiyono (2010:68) menjelaskan, ”Penelitian Ex Post Facto adalah penelitian di mana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu”. Desain penelitian eksperimen ini menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design dan dapat digambarkan sebagai berikut.
01   X     02


Keterangan:
X       : treatment yang diberikan (variabel independen)
01       : nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan)
02         : nilai posttest (setelah diberikan perlakuan).(Sugiyono, 2010:68)
Berdasarkan gambar desain penelitian, maka pengaruh metode mastery learning terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam diketahui secara kompartif yaitu membandingkan mean dan standar deviasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa sebelum dan setelah penggunakan metode Mastery Learning.
3.         Waktu dan Tempat Penelitian
Tindakan penelitian dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran menggunakan metode Mastery Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu waktu penelitian disesuaikan dengan kalender pendidikan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksperimental yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur.
4.         Populasi dan Sampel Penelitian
a.    Populasi Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap populasi tertentu yang menjadi kumpulan objek penelitian. Sugiyono (2010:55) mengatakan, ”Populasi adalah wilayah generalisasi berupa objek dengan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi adalah totatlitas semua kasus, kejadian, orang atau hal. Populasi dapat berwujud sejumlah manusia, kurikulum, manajemen, alat-alat mengajar, cara mengajar, peristiwa. Semua populasi harus dapat ditemukan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi bila akan dijadikan obyek penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur Tahun Pelajaran 2013/2014 berjumlah261 siswa yang terbagi dalam 3 rombel dalam 9 kelas. Lebih jelasnya populasi penelitian dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel 1
Populasi Penelitian

No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Siswa
1
VII-1
16
18
34
2
VII-2
15
18
33
3
VII-3
14
19
33
4
VIII-1
13
12
25
5
VIII-2
13
12
25
6
VIII-3
13
12
25
7
IX-1
15
14
29
8
IX-2
14
14
28
9
IX-3
15
14
29
Jumlah
128
133
261
Sumber: Laporan Bulan Desember 2013 SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung
b.   Sampel Penelitian
Banyaknya jumlah populasi membutuhkan spesifikasi agar penelitian dapat dilaksanakan dengan mudah. Spesifikasi populasi dilaksanakan dengan menggunakan sampel penelitian. Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sugiyono (2010:56) mengatakan, ”Sampel adalah sebagian dari jumlah serta karakteristik dimiliki oleh populasi”. Apabila populasi besar sedangkan peneliti tidak mungkin mempelajari semuanya, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi tersebut.
Penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan secara mutlak, artinya tidak ada ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Satu hal diperhatikan adalah keadaan homogenitas serta heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan sampel harus dapat memperhatikan dua hal yaitu harus diseleidiki kategori-kategori heterogenitas serta besarnya populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive random sampling atau sampel bertujuan. Arikunto (2006:139) mengatakan, ”Purposive random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara acak. Teknik ini digunakan apabila sampel besar dan terdiri atas beberapa tingkatan”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan nomor pada setiap kelas. Sesuai dengan jumlah kelas yang ada yaitu 9 kelas maka tiap kelas mendapatkan nomor urut 1, 2, 3, dan seterusnya. Langkah selanjutnya adalah mengambil nomor secara acak. Nomor kelas yang muncul kemudian dijadikan sampel penelitian.
Berdasarkan pengambilan sampel, nomor keluar adalah nomor 4 sehingga sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2
Sampel Penelitian

No
Kelas
Jumlah
Total Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
1
VIII-1
13
12
25
JUMLAH
13
12
25

5.         Jenis dan Sumber Data
a.      Jenis Data
Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang   dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan pene- litian berlangsung.
Berdasarkan sumbernya Sukardi (2006:81) membagi data penelitian menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder dengan penjelasan sebagai berikut:
1)      Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion) dan penyebaran kuesioner.
2)      Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif berbentuk kata-kata atau kalimat dan data kuantitatif berbentuk angka. Berkaitan data kualitatif dan kuantitatif, Sukardi (2006:81) menjelaskan sebagai berikut:
1)      Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2)      Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

Oleh karena jenis penelitian digunakan adalah penelitian kuantitatif, maka data digunakan pada penelitian ini adalah data-data kuantitatif. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya Sukardi (2006:82) membagi data kuantitatif dalam dua bentuk sebagai berikut:
1)      Data diskrit adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh dengan cara membilang seperti jumlah penduduk di Kabupaten X sebanyak 246.867 orang.
2)      Data kontinum adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan. Contoh data kontinum misalnya tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter.

Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, Sukardi (2006:82) mengelompokkan data kuantitatif dalam empat jenis tingkatan yang memiliki sifat berbeda sebagai berikut:
1)      Data nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu.  
2)      Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya.
3)      Data Interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal.
4)      Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ).

Berdasarkan klasifikasi jenis data, pada penelitian ini digunakan data baik data primer maupun skunder. Data primer diperoleh langsung dari responden sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai literatur. Dilihat dari bentuk dan sifatnya, penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang berupa angka hasil pengukuran. Data kuantitatif penelitian ini berupa data interval yaitu sebelum dianalisis, data disusun berdasarkan interval tertentu.  Data penelitian ini juga termasuk data kontinum yaitu data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
b.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Sukardi (2006:87) mengatakan, ”Sumber data berupa responden ini dipakai dalam penelitian kuantitatif”.
Berdasarkan penjelasan sumber data tersebut, maka sumber data pada penelitian ini adalah:
1)      Responden
Responden dalam hal ini yaitu orang yang bisa memberikan informasi lisan tentang sesuatu yang ingin diketahui. Seorang responden bisa saja menyembunyikan informasi penting yang dimiliki oleh karena itu peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan cara membangun kepercayaan, keakraban dan kerjasama dengan subjek yang dieteliti di samping tetap kritis dan analitis. Responden pada penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2)      Dokumen
Dukumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dukomen tertulis seprti arsip, database, surat-surat, rekaman, gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dukumen atau arsip.
Sumber data berupa dokumen pada penelitian ini adalah berbagai catatan atau dokumen tentang responden. Dokumen dapat berupa daftar absensi siswa, daftar nilai harian, daftar nilai raport dan lain sebagainya. Data-data dalam dokumen dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi sebagai pendukung data yang diperoleh dari responden.
6.         Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan berdasarkan berbagai data yang dikumpulkan. Oleh karena itu, pada proses penelitian diperlukan berbagai teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:


a.        Tes
Menurut Riduwan (2011:37), ”Tes adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki individu”. Soemanto (2009:37) mengemukakan, ”Pengertian tes secara umum adalah alat pengumpul data dan sebagai dasar penilaian dalam proses pendidikan, dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku”.
Suatu tes adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau obyek. Melalui tes, pendidik dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai keadaan anak didiknya, apabila ia berada pada kemampuan rendah, sedang atau tinggi. Tes pada penelitian ini dilaksanakan dua kali yaitu sebelum pembelajaran menggunakan metode Mastery Learning dan setelah menggunakan metode Mastery Learning. Soal tes disusun sebanyak 20 nomor berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan yaitu a, b, c, dan d. Soal tersusun atas 4 sub pokok bahasan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam.
b.        Dokumentasi
Riduwan (2011:39) mengatakan, ”Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti”. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti. Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dari dokumen-dokumen berkaitan langsung dengan responden seperti absensi, nilai harian, nilai raport, catatan wali kelas dan lain sebagainya.
7.         Uji Instrumen Penelitian
a.      Uji Validitas
Menurut Danim (2010:49), ”Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”.  Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Danim (2010:49) menjelaskan, ”Ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat”. Validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
Uji validitas dalam penelitian ini adalah validitas eksternal. Arikunto (2006:169) mengatakan ”Validis eksternal adalah instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Rumus korelasi yang dapat digunakan dalam menentukan validitas adalah korelasi product moment dengan angka kasar berikut:
Keterangan:
rxy      = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N      = Banyak responden
X   = Jumlah skor variabel bebas
Y   = Jumlah skor variabel terikat (Sudijono, 2009: 206)
Harga rxy menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Interpretasi terhadap data dilakukan dengan menggunakan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” product moment sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 3
Interpretasi Indeks Korelasi Product Moment

Besarnya “r” Product Moment (rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20
Validitas sangat lemah atau sangat rendah sehingga validitas itu diabaikan atau dianggap tidak ada
0,20 – 0,40
Validitas  lemah atau rendah
0,40 – 0,70
Validitas sedang atau cukup
0,70 – 0,90
Validitas  kuat atau tinggi
0,90 – 1,00
Validitas  yang sangat kuat atau sangat tinggi
Sumber: Sudijono (2009:193)
Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,40 – 1,00. Oleh karena itu instrumen pada penelitian ini memenuhi kreteria jika harga r berada di antara 0,40 – 1,00.
b.      Uji Reliabilitas
Menurut Suryabrata (2004:28), ”Reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya”. Sebuah tes dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang. Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas.
Reliabilitas atau keandalan merupakan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip. Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Reabilitas digunakan pada penelitian ini adalah reliabilitas stabilitas. Danim (2010:53) menyebutkan, ”Relibilitas stabilitas menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya”. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indikator sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.
Teknik uji reliabilitas digunakan pada penelitian ini adalah single test single trial. Peneliti boleh hanya memiliki seperangkat instrumen saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument menjadi dua sama besar. Cara yang diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.
Menurut Danim (2010:54) realibilitas ini diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya. Untuk mengetahui reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
Keterangan:
r11      = reliabilitas instrumen
    = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen (Danim, 2010:55)
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes sebagai berikut:
1.        Apabila r11 > 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi.
2.        Apabila r11 < 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas tinggi atau un reliabel.
c.       Uji Tingkat Kesukaran Soal
Danim (2010:59) menjelaskan, ”Tingkat kesukaran (difficulty index) atau TK dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar”. Definisi itu dapat dijelaskan dengan sebuah rumus dimana TK adalah sejumlah peserta yang menjawab benar dibagi dengan jumlah peserta. Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah sedang dan sukar sebagaimana dijelaskan Danim (2010:59) sebagai berikut:
Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ke tiga kategori tersebut dan ke dua proposi jumlah soal untuk ke tiga kategori tersebut artinya sebagian besar soal berada dalam kategori sedang sebagian lagi termasuk kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal mudah sedang sukar bisa di buat 3-4-3. Artinya, 30% soal kategori mudah 40% soal kategori sedang dan 30% lagi soal kategori sukar.

Selain itu, oleh karena suatu tes dimaksutkan untuk memisahkan antara siswa yang betul-betul mempelajari suatu pelajaran dengan siswa yang tidak mempelajari pelajaran itu, maka tes atau item yang baik adalah tes atau item yang betul-betul dapat memisahkan ke dua golongan siswa tadi. Jadi setiap item disamping harus mempunyai derajat  kesukaran tertentu, juga harus mampu membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut di uji cobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
 
Keterangan:
pt         =   proporsi menjawab benar butir 1
    =   banyaknya peserta tes yang menjawab benar butir 1
Smi       =   skor maksimal
N         =   Jumlah peserta tes (Danim, 2010:61).
Secara keseluruhan pembahagian rentang tingkat kesukaran soal diatur sebagai berikut:
Tabel 4
Tingkat Kesukaran Soal

Rentang TK
Kategori
0,00- 0,19
Sangat sukar
0,20- 0,39
Sukar
0,40- 0,59
Sedang
0,60- 0,79
Mudah
0,80- 1,00
Sangat mudah
Sumber: Danim (2010:62)

d.      Uji Daya Pembeda Soal
Danim (2010:63) mengemukakan, ”Daya beda (DB) adalah kemampuan butir soal yang membedakan siswa dengan kemampuan tinggi dan rendah”. Daya beda berhubungan dengan derajad kemampuan butir membedakan dengan baik perilaku pengambil tes dalam tes yang dikembangkan.
Indeks yang di gunakan dalam membedakan peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya yang membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.
Tujuan pokok mencari daya beda adalah untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan kelompok dalam aspek diukur, sesuai dengan perbedaan pada kelompok tersebut. Untuk memudahkan perhitungan daya pembeda butir soal diformulasikan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
D    = indeks daya pembeda butir soal
 = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
 = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
N    = jumlah peserta tes (Danim, 2010:63).
Interpretasi terhadap daya pembeda soal digunakan klasifikasi daya pembeda soal sebagai berikut:
D = 0,00 – 0,20 : Jelek
D = 0,21 – 0,40 : cukup
D = 0,41 – 0,70 : baik
D = 0,71 – 1,00 : baik sekali (Danim, 2010:64)
8.         Teknik Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.        Uji Normalitas
Danim (2010:72) mengatakan, ”Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial)”. Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik tertentu. Uji normalitas digunakan untuk menjawab apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Pengujian tingkat normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus kai kuadrat (chi square) sebagai berikut:

  (Sudrajat, 2005:124)
X2    = Kai Kuadrat
oi    = Frekuensi yang diharapkan dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden
Ei    = Frekuensi hasil pengamatan.
Jika X2 data ≤ X2  tabel dengan derajat kebebasan dk = k-3 dan taraf  signifikan α = 5%, maka data yang diperoleh berdistribusi normal.  Oleh karena itu, data hasil penelitian dapat dikatakan normal apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Jika >  maka distribusi data tidak normal.
Jika  <  maka distribusi data normal.
Data pada penelitian ini yang digunakan adalah data berdistribusi normal.
b.        Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent sample t test. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama. Pengujian homogenitas sampel dalam penelitian ini menggunakan kesamaan dua varians dengan langkah sebagai berikut:
 (Rasyid, 2008:259)
Varians merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individu terhadap rata-rata kelompok. Varians terbesar adalah kuadrat tertinggi atau terbesar deviasi nilai individu dari nilai rata-rata kelompok, sedangkan varians terkecil adalah nilai terkecil individu dari nilai rata-rata kelompok. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus tersebut kemudian diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho   (varian sampel data homogen)
Ha   (varian sampel data tidak homogen)
Kriteria pengujiannya sebagai berikut:
Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel (0,05;dk1;dk2)
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel (0,05;dk1;dk2) (Sujana, 2000:259)
c.         Uji Hipotesis
Sesuai dengan jenis penelsitian yang dilaksanakan, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis komparasional. Sudrajat (2005:167) menjelaskan ”Teknik analisis komparasional merupakan teknik analisis statistik inferensial yang dipergunakan untuk menguji hipotesis sebagai upaya penarikan kesimpulan dalam penelitian komparasional”. Analisis komparasional digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan antarvariabel yang sedang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan apakah perbedaan itu cukup signifikan atau hanya kebetulan.
Sudrajat (2005:167) mengemukakan, ”Untuk keperluan analisis perbandingan dua variabel dapat digunakan teknik statistika inferensial yang berupa uji t atau t-test maupun uji Kai Kuadrat (Chi Square Test)”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka analisis data pada penelitian ini digunakan uji t atau t-test dengan rumus berikut:
Keterangan:
Ma   = Mean skor nilai setelah menggunakan metode Mastery Learning
Mb  = Mean skor nilai sebelum menggunakan metode Mastery Learning
xa    = Deviasi nilai-nilai individu dari Ma
xb    = Deviasi nilai-nilai individu dari Mb
na    = Jumlah subjek dalam Ma
nb    = Jumlah subjek dalam Mb
Setelah perhitungan selesai, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut:

Ho diterima (Ha ditolak) apabila  -ttabel  <  thitung <  ttabel 
Ho ditolak (Ha diterima)   apabila -thitung < - ttabel dan thitung > ttabel. (Sudrajat, 2005:173).

J.        Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan; terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka; Bab ini memuat berbagai teori yang berkaitan dengan judul yaitu Pengertian Belajar dan Pembelajaran, Pengertian Metode Pembelajaran, Metode Mastery Learning, Langkah-langkah Penerapan Metode Mastery Learning, Kelebihan dan Kelemahan Metode Mastery Learning, Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam, Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam, Jenis-jenis Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam, dan Tinjauan Teoretis Pengaruh Metode Mastery Learning terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam.
Bab III Metode Penelitian; Bab ini memuat Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Uji Instrumen Penelitian dan Teknik Analisis Data.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian; Bab ini terdiri atas Penyajian Data Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Metode Mastery Learning, Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang Pembelajarannya Tanpa Menggunakan Metode Mastery Learning, Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran; terdiri atas Simpulan Hasil Penelitian dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

K.      Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014. Untuk lebih jelasnya, kegiatan-kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:


















Tabel 5
Jadwal Penelitian

No
Kegiatan
Desember
Januari
Februari
Maret
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan
















2
Persiapan
















3
Evaluasi
















4
Pengajuan Judul
















5
Pengajuan Proposal
















6
Seminar Proposal
















7
Perbaikan Proposal
















8
ACC Proposal
















9
Pengumpulan Data
















10
Analisis Data
















11
Pengolahan Data
















12
Penyusunan Laporan
















13
Munaqasyah
















14
Revisi Munaqayah
















15
Penjilidan Laporan
















16
Penyerahan Laporan