PENGARUH METODE MASTERY LEARNING TERHADAP
HASIL
BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SISWA SMP NEGERI 3 BUAY PEMUKA PELIUNG
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk
pendidikan formal, non formal, informal di sekolah, dan di luar sekolah,yang
berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan
kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan
hidup secara tepat (Mudiyahardjo, 2002:11).
Pendidikan dalam perkembangannya berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik
oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa. Pendidikan berarti usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang
atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Ramayulis (2004:1)
mengemukakan, ”Pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan
dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan”.
Pendidikan merupakan suatu proses yang
sangat dianjurkan dalam Islam. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki manusia sebagaimana disebutkan dalam surat
An-Nahl ayat 78 sebagai berikut:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s?
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Departemen Agama
RI, 2010:413).
Salah satu bentuk pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan formal Indonesia adalah Pendidikan Agama Islam.
Uhbiyati (1998:9) mengatakan, ”Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani,
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”. Kepribadian utama tersebut
dengan istilah kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai
agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai
Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Agama Islam yang
mengidentifikasi sasaran dengan bersumberkan Al-Qur’an berusaha mengantarkan
manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Oleh karena itu,
secara khusus Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 15 ayat 1 menyebutkan, ”Jenis pendidikan mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus” (Depdiknas,
2003:8).
Pendidikan Agama Islam diberikan
diseluruh jenjang pendidikan baik umum maupun lembaga pendidikan agama di
Indonesia termasuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada Sekolah Menengah Pertama, kurikulum Pendidikan Agama
Islam mempunyai kedudukan yang strategis untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, sejajar dengan mata pelajaran lainnya. Keberadaan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama tidak terpisahkan dari pendidikan nasional
yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya
dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni. Realisasi Pendidikan Agama Islam
di Sekolah Menengah Pertama adalah membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikannya berakhlak
mulia. Sejalan dengan tujuan ini, maka semua mata pelajaran yang diajarkan
kepada peserta didik harus mengandung muatan pendidikan akhlak yang harus
diperhatikan setiap guru.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMP Negeri 3 Buay Pemuka
Peliung. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama merupakan
penggabungan dari beberapa disiplin ilmu keagamaan yaitu Al-Qur’an Hadits,
Aqidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit
atau dua jam pelajaran setiap minggunya. Dua jam pelajaran dikelas
memang tidaklah akan cukup untuk menyampaikan informasi keagamaan yang
begitu komplek. Apabila
tidak pandai mensiasatinya maka informasi yang diterima siswa dikhawatirkan hanya akan menyentuh aspek kognitif saja sementara aspek
afektif dan psikomotor tidak dapat tersentuh sebagaimana terjadi di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung.
Berdasarkan
hasil observasi pendahuluan pada tanggal 15 Desember 2013 diketahui bahwa dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung, guru
hanya menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Praktik pembelajaran
dilakukan dengan membagikan buku paket kepada seluruh siswa, menugaskan siswa
membuat rangkuman materi dari buku paket kemudian guru menjelaskan materi
pelajaran secara verbal. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 3 Buay Pemuka Peliung berjalan dengan sistem komunikasi satu arah yaitu
dari guru kepada siswa yang tidak diiringi komunikasi terbalik dari siswa
kepada guru. Secara singkat dapat dideskripsikan bahwa pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung masih terpusat
kepada guru.
Keadaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung
berakibat pada rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut diketahui dari hasil dokumentasi nilai
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam semester genap tahun pelajaran 2013/2014
yang menunjukkan bahwa dari 25 siswa kelas VIII-2 hanya terdapat 11 siswa (44%)
yang mendapatkan nilai murni diatas Kriteria Ketuntasan Minimal, sedangkan 14
siswa (56%) lainnya memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.
Data
hasil dokumentasi nilai murni hasil semester genap siswa kelas VIII-2 SMP
Negeri 3 Buay Pemuka Peliung menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sangat
rendah. Hal tersebut mengindikasikan adanya masalah dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas tersebut. Setelah diadakan identifikasi
penyebab adanya masalah diketahui bahwa rendahnya hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung disebabkan karena
kekurangtepatan metode pembelajaran yang diterapkan guru.
Berdasarkan
hasil identifikasi masalah, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan mengujicobakan metode pembelajaran Mastery Learning dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung.
Pemilihan metode Mastery Learning didasarkan pada asumsi peneliti bahwa
pada metode Mastery Learning penekanan utamanya adalah ketuntasan
belajar siswa. Pada metode Mastery Learning, pembelajaran akan dianggap
tuntas apabila siswa benar-benar telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang ditetapkan. Selain itu, pada metode Mastery Learning terdapat
program pengayaan serta remedial yang memungkinkan siswa lebih dapat memahami
materi pelajaran sehingga berimplikasi pada peningkatan hasil belajarnya. Oleh
karena itu, pada penelitian ini dirumuskan judul “Pengaruh
Metode Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay
Pemuka Peliung yang pembelajarannya menggunakan metode Mastery Learning Tahun
Pelajaran 2013/2014?
2.
Bagaimanakah
hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay
Pemuka Peliung yang pembelajarannya tanpa menggunakan metode Mastery
Learning Tahun Pelajaran 2013/2014?
3.
Apakah terdapat
pengaruh penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun
Pelajaran 2013/2014?
C.
Batasan
Masalah
Mengingat luasnya objek penelitian, maka
untuk menghindari terjadinya pembiasan peneliti membatasi masalah penelitian
sebagai berikut:
1.
Metode Mastery
Learning dimaksudkan pada penelitian ini adalah metode yang secara
konseptual menekankan pada ketuntasan belajar siswa melalui pemaksimalan
aktivitas belajar siswa dalam program pengayaan maupun remedial.
2.
Hasil belajar
dimaksudkan pada penelitian ini adalah skor nilai yang diperoleh oleh siswa
setelah mengerjakan soal-soal tes yang disusun peneliti khusus untuk penelitian
ini.
3.
Pengaruh metode Mastery
Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa
diketahui dengan cara membandingkan hasil belajar siswa sebelum dan setelah
penerapan metode Mastery Learning.
4.
Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam Tahun Pelajaran 2013/2014.
D.
Tujuan
Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan berbagai
macam tujuan. Secara garis besar tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai
berikut:
1.
Tujuan
Umum
Penelitian ini dilaksanakan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nurul Huda Sukaraja.
Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran secara ilmiah
tentang efektivitas penerapan metode Mastery Learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2.
Tujuan
Khusus
Tujuan khusus suatu penelitian merupakan
tujuan yang didasarkan pada rumusan masalah. Oleh karena itu, berdasarkan
rumusan masalah, secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Hasil belajar
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung
yang pembelajarannya menggunakan metode Mastery Learning Tahun Pelajaran
2013/2014.
2.
Hasil belajar
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung
yang pembelajarannya tanpa menggunakan metode Mastery Learning Tahun
Pelajaran 2013/2014.
3.
Pengaruh
penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran
2013/2014.
E.
Manfaat
Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.
1.
Manfaat
Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dalam memilih serta
menerapkan metode pembelajaran pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan para guru
Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan metode Matery Learning. Selain
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah intelektual bidang
penelitian kependidikan.
2.
Manfaat
Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan berbagai manfaat secara praktis bagi berbagai pihak sebagai berikut:
a.
Bagi
Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan korektor terhadap pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah khususnya di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung. Selain
itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan rancangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay
Pemuka Peliung.
b.
Bagi
Guru Pendidikan Agama Islam
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
informasi bagi para guru khususnya di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung dalam
menerapkan metode Mastery Learning pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Selain itu, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam memilih serta menerapkan metode dalam melaksanakan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
c.
Bagi
Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengalaman siswa mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi siswa
khususnya di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung yaitu meningkatnya hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa.
d.
Bagi
Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
media pengembangan keilmuan peneliti pada bidang penelitian kependidikan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang notabene
adalah calon guru dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kemudian hari. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
peneliti dalam melaksanakan penelitian-penelitian kependidikan selanjutnya.
F.
Definisi
Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalah
pengertian dari variabel yang diungkap dalam definisi konsep secara
operasional, praktik, riil, nyata dalam lingkup obyek penelitian. Definisi operasional variabel adalah proses penentuan
ukuran suatu variabel yang disusun definisi operasionalnya. Rumusan definisi
operasional variabel penelitian ini diurakan sebagai berikut:
1.
Metode
Mastery Learning
Patoni (2004:161) mengatakan, ”Mastery Learning adalah suatu belajar
dengan mengharapkan siswa dapat menguasai tujuan intruksional umum (basic learning obyektives) dari suatu
satuan atau unit belajar tuntas”. Metode Mastery
Learning adalah metode pembelajaran dengan menggunakan masalah yang
direkayasa guru untuk diselesaikan siswa sedangkan materi pelajaran dibagi
dalam sub-sub tertentu. Siswa dalam
metode Mastery Learning harus
mengorganisasikan bahan pelajaran dalam bentuk akhir. Oleh karenanya jenis
evaluasi digunakan dalam Mastery Learning
adalah evaluasi hasil akhir. Metode Mastery
Learning biasa disebut dengan belajar tuntas.
2.
Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam
Aly (2008:66) mendefinisikan hasil belajar Pendidikan Agama Islam sebagai
berikut:
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah hasil yang dicapai siswa
dalam menerima, memahami serta mengamalkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua di lingkungan sekolah, keluarga atau
masyarakat sehingga siswa memiliki potensi serta bakat sesuai yang
dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat
jasmani dan rohaninya serta beriman kepada Allah swt.
Berdasarkan
pendapat tersebut, secara singkat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa yang
diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan yang telah diikuti siswa dalam proses
belajar mengajar di sekolah pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah
tingkat kecakapan dan keberhasilan yang
telah dicapai oleh siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam yang
diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan yang diikuti siswa melalui proses belajar
di sekolah yang meliputi mata pelajaran Fiqih, Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis,
dan SKI. Hasil belajar diketahui menggunakan tes yang disusun khusus untuk
penelitian ini.
G.
Tinjauan
Pustaka
Tinjauan
pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka-pustaka terkait (review
of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan
pustaka berfungsi sebagai review pustaka berupa laporan penelitian dan
sebagainya tentang masalah yang berkaitan dengan fokus penelitian. Fungsi
peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang mendasar dalam
penelitian untuk menjaga keorisinilan penelitian akan dilaksanakan.
Berdasarkan penjelasan tinjauan pustaka
di atas, peneliti melakukan penelusuran terhadap kepustakaan kampus Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nurul Huda Sukaraja. Hasil
penelusuran menunjukkan bahwa belum terdapat skripsi yang meneliti tentang
pengaruh metode Mastery Learning terhadap
hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena di
perpustakaan kampus tidak diketemukan, maka peneliti melakukan penelusuran
terhadap jurnal yang dimuat melalui media web.
Hasil
penelusuran melalui web diperoleh skripsi dengan judul “Efektivitas Penerapan
Metode Mastery Learning
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 1 Kediri Jawa Timur”. Skripsi tersebut ditulis oleh Muhammad Ali Makhrus
tahun 2007 untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam di Institut Agama Islam Tribakti Kediri. Penelitian tersebut merupakan
bentuk penelitian eksperimental yang dilakukan melalui treatment penggunaan metode Mastery
Learning. Teknik pengumpulan data
pada penelitian tersebut adalah tes. Analisis data dilakukan dengan cara
membandingkan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan metode Mastery Learning dan siswa yang pembelajarannya tanpa menggunakan
metode Mastery Learning
namun hanya menggunakan metode ceramah. Analisis
data yang digunakan dalam skripsi tersebut adalah analisis statistik
menggunakan rumus t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Mastery Learning efektif digunakan pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Kediri yang ditunjukkan oleh hasil belajar siswa
menggunakan metode Mastery
Learning lebih baik jika
dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan metode Mastery Learning.
Berdasarkan
hasil penelusuran tersebut, peneliti bermaksud mengembangkan pola pikir dalam
bentuk penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh metode Mastery Learning terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam
siswa. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah jika
penelitian terdahulu menggunakan kelas kontrol, pada penelitian ini peneliti
hanya menggunakan satu kelas dengan desaian pretest-postest.
Oleh karena itu, penelitian ini dianggap masih
orisinil dan layak untuk diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Nurul Huda Sukaraja.
H.
Hipotesis
Penelitian
Sugiyono (2010:81) mengatakan, ”Hipotesis
dalam statistik diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi”. Hipotesis penelitian terbagi dua yaitu hipotesis
alternatif dan hipotesis nihil. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja (Ha)
adalah hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan
teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah penelitian dan belum
berdasarkan fakta serta dukungan data nyata dilapangan. Hipotesis alternatif dirumuskan dengan kalimat positif seperti
“terdapat perbedaan prestasi antara variabel X dengan menggunakan variabel Y
dengan variabel X menggunakan variabel YY”. Sedangkan hipotesis nihil (Ho
atau H1) adalah pernyataan tidak adanya hubungan, pengaruh, atau
perbedaan antara parameter. Hipotesis nihil dirumuskan dengan kalimat negatif
seperti “tidak terdapat perbedaan prestasi antara variabel X dengan menggunakan
variabel Y dengan variabel X menggunakan variabel YY”.
Berdasarkan
penjelasan pengertian dan pembagian hipotesis,
maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Ho Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun
Pelajaran 213/2014.
Ha
Terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan metode Mastery Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Tahun Pelajaran
213/2014.
Hipotesis penelitian tersebut merupakan
hipotesis nondireksional yaitu hipotesis yang tidak menunjukkan arah tertentu. Oleh karena, uji hipotesis statistik
dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak dengan kriteria sebagai berikut:
H0 diterima Ha ditolak jika ttabel > thitung.
H0 ditolak Ha diterima jika thitung
< ttabel.
I.
Metodologi
Penelitian
1.
Variabel
Penelitian
Perhatian utama penelitian pendidikan
terletak pada pembahasan dan analisis terhadap hasil-hasil pengukuran.
Pembahasan hasil penelitian ini akan menjadi lebih efektif apabila peneliti
memiliki kriteria yang tepat terhadap hasil. Kriteria ini berupa batasan
operasional tentang hasil. Batasan operasional ini adalah suatu bukti tentang
variabel-variabel yang diteliti dan akan diterima oleh peneliti.
Variabel atau faktor penelitian memiliki
peranan sangat penting dalam suatu penelitian pendidikan. Danim (2010:44)
mengemukakan, ”Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan dalam penelitian. Ada juga yang menganggap variabel sebagai gejala
sesuatu yang bervariasi”. Sedangkan Soemanto (2009:71) menjelaskan, ”Variabel
adalah
suatu atribut atau sifat dari objek yang mempunyai variasi tertentu yang telah
ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari Informasinya serta ditarik
kesimpulannya”.
Berdasarkan pengertian-pengertian
variabel dapat disimpulkan bahwa variabel adalah objek penelitian. Variabel
adalah masalah-masalah penelitian berupa benda, orang maupun gejala fakus
penelitian atau pengamatan. Oleh karenanya variabel penelitian dapat disebut
dengan pusat objek penelitian.
Penelitian ini mempunyai dua variabel
yaitu metode Mastery Learning sebagai variabel independen (variabel
bebas) yang selanjutnya disebut variabel X dan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam sebagai variabel dependen (variabel terikat) yang selanjutnya disebut
variabel Y. Hubungan antara variabel bersifat satu arah dan dapat digambarkan
sebagai berikut:
VARIABEL
BEBAS X
|
PENGARUH
|
VARIABEL
TERIKAT Y
|
Penerapan
Metode Mastery Learning
|
Hasil
belajar Pendidikan Agama Islam yang meliputi mata pelajaran Fiqih, Aqidah
Akhlak, Qur’an Hadis, dan SKI
|
2.
Desaian
Penelitian
Penelitian dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk. Apabila dilihat dari teknik analisis data yang digunakan,
penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif
merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Sugiyono (2010:7) menjelaskan penelitian kuantitatif sebagai
berikut:
Metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
analisis data pada penelitian ini didasarkan pada pola statistik atau
perhitungan data berupa angka. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian komparasional atau Ex Post Facto. Sugiyono (2010:68)
menjelaskan, ”Penelitian Ex Post Facto adalah penelitian di mana
peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan untuk keberadaan perbedaan
dalam perilaku atau status dalam kelompok individu”. Desain penelitian
eksperimen ini menggunakan One-Group
Pretest-Posttest Design dan dapat digambarkan sebagai berikut.
01
X 02
|
Keterangan:
X : treatment
yang diberikan (variabel independen)
01 : nilai pretest (sebelum diberikan
perlakuan)
02 : nilai posttest (setelah
diberikan perlakuan).(Sugiyono, 2010:68)
Berdasarkan gambar desain penelitian,
maka pengaruh metode mastery learning terhadap hasil belajar Pendidikan
Agama Islam diketahui secara kompartif yaitu membandingkan mean dan standar
deviasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa sebelum dan setelah
penggunakan metode Mastery Learning.
3.
Waktu
dan Tempat Penelitian
Tindakan penelitian dilaksanakan dengan
mengadakan pembelajaran menggunakan metode Mastery Learning pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu waktu penelitian disesuaikan
dengan kalender pendidikan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini
dirancang sebagai penelitian eksperimental yang dilaksanakan di SMP Negeri 3
Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur.
4.
Populasi
dan Sampel Penelitian
a.
Populasi
Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap populasi
tertentu yang menjadi kumpulan objek penelitian. Sugiyono (2010:55) mengatakan,
”Populasi adalah wilayah generalisasi berupa objek dengan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi adalah totatlitas semua kasus, kejadian, orang
atau hal. Populasi dapat berwujud sejumlah manusia, kurikulum, manajemen,
alat-alat mengajar, cara mengajar, peristiwa. Semua populasi harus dapat
ditemukan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi bila akan dijadikan obyek
penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur Tahun Pelajaran
2013/2014 berjumlah261 siswa yang terbagi dalam 3 rombel dalam 9 kelas. Lebih
jelasnya populasi penelitian dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel 1
Populasi Penelitian
No
|
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah Siswa
|
1
|
VII-1
|
16
|
18
|
34
|
2
|
VII-2
|
15
|
18
|
33
|
3
|
VII-3
|
14
|
19
|
33
|
4
|
VIII-1
|
13
|
12
|
25
|
5
|
VIII-2
|
13
|
12
|
25
|
6
|
VIII-3
|
13
|
12
|
25
|
7
|
IX-1
|
15
|
14
|
29
|
8
|
IX-2
|
14
|
14
|
28
|
9
|
IX-3
|
15
|
14
|
29
|
Jumlah
|
128
|
133
|
261
|
Sumber:
Laporan Bulan Desember 2013 SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung
b.
Sampel
Penelitian
Banyaknya jumlah populasi membutuhkan
spesifikasi agar penelitian dapat dilaksanakan dengan mudah. Spesifikasi
populasi dilaksanakan dengan menggunakan sampel penelitian. Sampel penelitian
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sugiyono (2010:56)
mengatakan, ”Sampel adalah sebagian dari jumlah serta karakteristik dimiliki
oleh populasi”. Apabila populasi besar sedangkan peneliti tidak mungkin
mempelajari semuanya, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi
tersebut.
Penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan secara
mutlak, artinya tidak ada ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil.
Satu hal diperhatikan adalah keadaan homogenitas serta heterogenitas populasi.
Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi
persoalan, sebaliknya jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan
pengambilan sampel harus dapat memperhatikan dua hal yaitu harus diseleidiki
kategori-kategori heterogenitas serta besarnya populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah purposive random
sampling atau sampel bertujuan. Arikunto (2006:139) mengatakan, ”Purposive
random sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan cara acak. Teknik ini digunakan apabila sampel besar
dan terdiri atas beberapa tingkatan”. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan nomor pada setiap kelas. Sesuai
dengan jumlah kelas yang ada yaitu 9 kelas maka tiap kelas mendapatkan nomor
urut 1, 2, 3, dan seterusnya. Langkah selanjutnya adalah mengambil nomor secara
acak. Nomor kelas yang muncul kemudian dijadikan sampel penelitian.
Berdasarkan pengambilan sampel, nomor
keluar adalah nomor 4 sehingga sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1
SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2
Sampel Penelitian
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
Total
Jumlah
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
VIII-1
|
13
|
12
|
25
|
JUMLAH
|
13
|
12
|
25
|
5.
Jenis
dan Sumber Data
a.
Jenis
Data
Aktivitas penelitian tidak akan terlepas
dari keberadaan data yang merupakan bahan baku
informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Data
adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat
berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan
berbagai teknik selama kegiatan pene- litian berlangsung.
Berdasarkan sumbernya Sukardi (2006:81) membagi data
penelitian menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder dengan
penjelasan sebagai berikut:
1) Data primer
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari
sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus
grup discussion) dan penyebaran kuesioner.
2) Data sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang
telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro
Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif berbentuk kata-kata atau kalimat
dan data kuantitatif berbentuk angka. Berkaitan data kualitatif dan
kuantitatif, Sukardi (2006:81) menjelaskan sebagai berikut:
1) Data
kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2) Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika.
Oleh karena jenis penelitian digunakan adalah
penelitian kuantitatif, maka data digunakan pada penelitian ini adalah
data-data kuantitatif. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya
Sukardi (2006:82) membagi data kuantitatif dalam dua bentuk sebagai berikut:
1) Data diskrit adalah data dalam bentuk angka atau
bilangan yang diperoleh dengan cara membilang seperti jumlah penduduk di
Kabupaten X sebanyak 246.867 orang.
2) Data
kontinum adalah data
dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran.
Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis
skala pengukuran yang digunakan. Contoh data kontinum misalnya tinggi badan
Budi adalah 150,5 centimeter.
Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, Sukardi
(2006:82) mengelompokkan data kuantitatif dalam empat jenis tingkatan yang
memiliki sifat berbeda sebagai berikut:
1) Data nominal atau sering disebut juga data
kategori yaitu data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan
kategori tertentu.
2) Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu
objek atau kategori yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya.
3) Data
Interval adalah data
hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta
menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal.
4) Data rasio adalah data yang menghimpun semua
sifat yang dimiliki oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data
rasio adalah data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena
dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkannya semua
bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ).
Berdasarkan klasifikasi jenis data, pada penelitian
ini digunakan data baik data primer maupun skunder. Data primer diperoleh
langsung dari responden sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai
literatur. Dilihat dari bentuk dan sifatnya, penelitian ini menggunakan data
kuantitatif yaitu data yang berupa angka hasil pengukuran. Data kuantitatif
penelitian ini berupa data interval yaitu sebelum dianalisis, data disusun
berdasarkan interval tertentu. Data
penelitian ini juga termasuk data kontinum yaitu data dalam bentuk angka atau bilangan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran hasil belajar Pendidikan Agama
Islam siswa.
b.
Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari
mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik
pertanyaan tertulis maupun lisan. Sukardi (2006:87) mengatakan, ”Sumber data
berupa responden ini dipakai dalam penelitian kuantitatif”.
Berdasarkan penjelasan sumber data tersebut, maka
sumber data pada penelitian ini adalah:
1)
Responden
Responden dalam hal ini yaitu orang yang bisa
memberikan informasi lisan tentang sesuatu yang ingin diketahui. Seorang responden
bisa saja menyembunyikan informasi penting yang dimiliki oleh karena itu
peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan cara membangun kepercayaan,
keakraban dan kerjasama dengan subjek yang dieteliti di samping tetap kritis
dan analitis. Responden pada penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Buay
Pemuka Peliung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2)
Dokumen
Dukumen merupakan bahan tertulis atau benda yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa merupakan
rekaman atau dukomen tertulis seprti arsip, database, surat-surat, rekaman,
gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Banyak
peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dukumen
atau arsip.
Sumber data berupa dokumen pada penelitian ini adalah
berbagai catatan atau dokumen tentang responden. Dokumen dapat berupa daftar
absensi siswa, daftar nilai harian, daftar nilai raport dan lain sebagainya.
Data-data dalam dokumen dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi sebagai
pendukung data yang diperoleh dari responden.
6.
Teknik
Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan berdasarkan
berbagai data yang dikumpulkan. Oleh karena itu, pada proses penelitian
diperlukan berbagai teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah:
a.
Tes
Menurut Riduwan (2011:37), ”Tes adalah
serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan yang dimiliki individu”. Soemanto (2009:37)
mengemukakan, ”Pengertian tes secara umum adalah alat pengumpul data dan
sebagai dasar penilaian dalam proses pendidikan, dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku”.
Suatu tes adalah alat atau instrumen
yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau obyek. Melalui
tes, pendidik dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai keadaan anak
didiknya, apabila ia berada pada kemampuan rendah, sedang atau tinggi. Tes pada
penelitian ini dilaksanakan dua kali yaitu sebelum pembelajaran menggunakan
metode Mastery Learning dan setelah menggunakan metode Mastery
Learning. Soal tes disusun sebanyak 20 nomor berbentuk pilihan ganda dengan
empat pilihan yaitu a, b, c, dan d. Soal tersusun atas 4 sub pokok bahasan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih
dan Sejarah Kebudayaan Islam.
b.
Dokumentasi
Riduwan (2011:39) mengatakan, ”Dokumentasi
adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil data-data dari catatan,
dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti”. Dalam hal
ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga
yang di teliti. Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data dari dokumen-dokumen berkaitan langsung dengan responden
seperti absensi, nilai harian, nilai raport, catatan wali kelas dan lain
sebagainya.
7.
Uji
Instrumen Penelitian
a.
Uji
Validitas
Menurut Danim (2010:49), ”Validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya”. Suatu skala
atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki
validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran.
Danim (2010:49) menjelaskan, ”Ketepatan validitas pada
suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat”. Validitas adalah aspek kecermatan
pengukuran. Suatu alat ukur valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang
tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data
tersebut.
Uji validitas dalam penelitian ini
adalah validitas eksternal. Arikunto (2006:169) mengatakan ”Validis eksternal adalah
instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut
sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang
dimaksud. Rumus korelasi yang dapat digunakan dalam menentukan validitas adalah
korelasi product moment dengan angka
kasar berikut:
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y
N = Banyak responden
X =
Jumlah skor variabel bebas
Y =
Jumlah skor variabel terikat (Sudijono, 2009: 206)
Harga rxy menunjukkan indeks
korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Interpretasi terhadap data
dilakukan dengan menggunakan interpretasi secara sederhana terhadap angka
indeks korelasi “r” product moment sebagaimana
dalam tabel berikut:
Tabel 3
Interpretasi Indeks Korelasi Product Moment
Besarnya
“r” Product Moment (rxy)
|
Interpretasi
|
0,00
– 0,20
|
Validitas
sangat lemah atau sangat rendah sehingga validitas itu diabaikan atau
dianggap tidak ada
|
0,20
– 0,40
|
Validitas lemah atau rendah
|
0,40
– 0,70
|
Validitas
sedang atau cukup
|
0,70
– 0,90
|
Validitas kuat atau tinggi
|
0,90
– 1,00
|
Validitas yang sangat kuat atau sangat tinggi
|
Sumber:
Sudijono (2009:193)
Validitas instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 0,40 – 1,00. Oleh karena itu instrumen pada penelitian
ini memenuhi kreteria jika harga r berada di antara 0,40 – 1,00.
b.
Uji
Reliabilitas
Menurut Suryabrata (2004:28), ”Reliabilitas
menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya”. Sebuah
tes dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama
meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang. Dengan demikian, keandalan sebuah
alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan
koefisien reliabilitas.
Reliabilitas atau keandalan merupakan konsistensi dari
serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa
pengukuran dari alat ukur yang sama akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang
mirip. Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat
diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Reabilitas digunakan pada penelitian ini
adalah reliabilitas stabilitas. Danim (2010:53) menyebutkan, ”Relibilitas
stabilitas menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap
orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya”. Reliabilitas
ini menyangkut penggunaan indikator sama, definisi operasional, dan prosedur
pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk
dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya
haruslah sama atau hampir sama.
Teknik uji reliabilitas digunakan pada penelitian ini
adalah single test single trial. Peneliti boleh hanya memiliki
seperangkat instrumen saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya
dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument menjadi dua sama
besar. Cara yang diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar
nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.
Menurut Danim (2010:54) realibilitas ini diukur dengan
menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang
disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah
dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya. Untuk
mengetahui reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan rumus Spearman-Brown
sebagai berikut:
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
= rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara
dua belahan instrumen (Danim, 2010:55)
Selanjutnya dalam pemberian
interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes sebagai berikut:
1.
Apabila r11
> 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya
dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi.
2.
Apabila r11
< 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya
dinyatakan belum memiliki reliabilitas tinggi atau un reliabel.
c.
Uji
Tingkat Kesukaran Soal
Danim (2010:59) menjelaskan, ”Tingkat kesukaran (difficulty index) atau TK dapat
didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar”. Definisi
itu dapat dijelaskan dengan sebuah rumus dimana TK adalah sejumlah peserta yang
menjawab benar dibagi dengan jumlah peserta. Ada beberapa dasar pertimbangan
dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah sedang dan sukar
sebagaimana dijelaskan Danim (2010:59) sebagai berikut:
Pertimbangan
pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ke tiga
kategori tersebut dan ke dua proposi jumlah soal untuk ke tiga kategori
tersebut artinya sebagian besar soal berada dalam kategori sedang sebagian lagi
termasuk kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan
antara soal mudah sedang sukar bisa di buat 3-4-3. Artinya, 30% soal kategori
mudah 40% soal kategori sedang dan 30% lagi soal kategori sukar.
Selain itu, oleh karena suatu tes dimaksutkan untuk
memisahkan antara siswa yang betul-betul mempelajari suatu pelajaran dengan siswa
yang tidak mempelajari pelajaran itu, maka tes atau item yang baik adalah tes
atau item yang betul-betul dapat memisahkan ke dua golongan siswa tadi. Jadi
setiap item disamping harus mempunyai derajat kesukaran tertentu, juga
harus mampu membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai.
Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian
soal tersebut di uji cobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut
sesuai atau tidak. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran
soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
pt = proporsi
menjawab benar butir 1
= banyaknya peserta tes
yang menjawab
benar butir 1
Smi = skor
maksimal
N = Jumlah
peserta tes (Danim, 2010:61).
Secara keseluruhan pembahagian rentang tingkat
kesukaran soal diatur sebagai berikut:
Tabel 4
Tingkat Kesukaran Soal
Rentang TK
|
Kategori
|
0,00- 0,19
|
Sangat
sukar
|
0,20- 0,39
|
Sukar
|
0,40- 0,59
|
Sedang
|
0,60- 0,79
|
Mudah
|
0,80- 1,00
|
Sangat
mudah
|
Sumber: Danim (2010:62)
d.
Uji
Daya Pembeda Soal
Danim (2010:63) mengemukakan, ”Daya beda
(DB) adalah kemampuan butir soal yang membedakan siswa dengan kemampuan tinggi
dan rendah”. Daya beda berhubungan dengan derajad kemampuan butir membedakan
dengan baik perilaku pengambil tes dalam tes yang dikembangkan.
Indeks yang di gunakan dalam membedakan peserta tes
yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah adalah
indeks daya pembeda. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal
dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan
daya pembeda soal yaitu daya yang membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.
Tujuan pokok mencari daya beda adalah
untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan kelompok
dalam aspek diukur, sesuai dengan perbedaan pada kelompok tersebut. Untuk
memudahkan perhitungan daya pembeda butir soal diformulasikan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
D = indeks daya pembeda butir soal
= jumlah peserta tes yang menjawab benar pada
kelompok atas
= jumlah peserta tes yang menjawab benar pada
kelompok bawah
N = jumlah peserta tes (Danim, 2010:63).
Interpretasi terhadap daya pembeda soal
digunakan klasifikasi daya pembeda soal sebagai berikut:
D = 0,00 – 0,20
: Jelek
D = 0,21 – 0,40 : cukup
D = 0,41 – 0,70 : baik
D = 0,71 – 1,00 : baik sekali
(Danim,
2010:64)
8.
Teknik
Analisis Data
Analisis data
diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik
atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dengan
demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara
melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut
menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan
mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan
dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk
membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel. Analisis data pada penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Uji
Normalitas
Danim (2010:72) mengatakan, ”Uji
distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan
memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik
(statistik inferensial)”. Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk
mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan
distribusi teoritik tertentu. Uji normalitas digunakan untuk menjawab apakah
data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Pengujian tingkat normalitas data pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus kai kuadrat (chi square) sebagai
berikut:
(Sudrajat, 2005:124)
X2 =
Kai Kuadrat
oi = Frekuensi yang diharapkan dengan cara mengalikan
luas tiap interval dengan jumlah responden
Ei = Frekuensi hasil pengamatan.
Jika X2 data ≤ X2
tabel dengan derajat kebebasan dk = k-3 dan taraf signifikan α = 5%, maka data yang diperoleh
berdistribusi normal. Oleh karena itu,
data hasil penelitian dapat dikatakan normal apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Jika > maka distribusi data tidak normal.
Jika < maka distribusi data normal.
Data pada penelitian ini
yang digunakan adalah data berdistribusi normal.
b.
Uji
Homogenitas
Pengujian homogenitas
adalah pengujian
mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji
ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent sample t test.
Asumsi yang mendasari dalam analisis varian adalah bahwa varian dari populasi
adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari
0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
sama. Pengujian
homogenitas sampel dalam penelitian ini menggunakan kesamaan dua varians dengan
langkah sebagai berikut:
(Rasyid, 2008:259)
Varians merupakan
jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individu terhadap rata-rata kelompok.
Varians terbesar adalah kuadrat tertinggi atau terbesar deviasi nilai individu
dari nilai rata-rata kelompok, sedangkan varians terkecil adalah nilai terkecil
individu dari nilai rata-rata kelompok. Berdasarkan perhitungan menggunakan
rumus tersebut kemudian diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho (varian sampel data homogen)
Ha (varian sampel data tidak homogen)
Kriteria
pengujiannya sebagai berikut:
Ho
ditolak jika Fhitung > Ftabel (0,05;dk1;dk2)
Ho
diterima jika Fhitung < Ftabel (0,05;dk1;dk2) (Sujana,
2000:259)
c.
Uji
Hipotesis
Sesuai dengan jenis penelsitian yang
dilaksanakan, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
komparasional. Sudrajat (2005:167) menjelaskan ”Teknik analisis komparasional
merupakan teknik analisis statistik inferensial yang dipergunakan untuk menguji
hipotesis sebagai upaya penarikan kesimpulan dalam penelitian komparasional”.
Analisis komparasional digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan
antarvariabel yang sedang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan apakah
perbedaan itu cukup signifikan atau hanya kebetulan.
Sudrajat (2005:167) mengemukakan, ”Untuk
keperluan analisis perbandingan dua variabel dapat digunakan teknik statistika
inferensial yang berupa uji t atau t-test maupun uji Kai Kuadrat (Chi Square
Test)”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka analisis data pada penelitian
ini digunakan uji t atau t-test dengan rumus berikut:
Keterangan:
Ma = Mean skor nilai setelah menggunakan metode Mastery
Learning
Mb = Mean skor nilai sebelum menggunakan metode Mastery
Learning
xa = Deviasi nilai-nilai individu dari Ma
xb = Deviasi nilai-nilai individu dari Mb
na = Jumlah subjek dalam Ma
nb = Jumlah subjek dalam Mb
Setelah perhitungan selesai, langkah
selanjutnya adalah menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis
sebagai berikut:
Ho
diterima (Ha ditolak) apabila
-ttabel < thitung < ttabel
Ho
ditolak (Ha diterima)
apabila -thitung < - ttabel dan thitung
> ttabel. (Sudrajat, 2005:173).
J.
Sistematika
Penulisan
Bab I Pendahuluan; terdiri atas Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka; Bab ini memuat
berbagai teori yang berkaitan dengan judul yaitu Pengertian Belajar dan
Pembelajaran, Pengertian Metode Pembelajaran, Metode Mastery Learning, Langkah-langkah
Penerapan Metode Mastery Learning, Kelebihan dan Kelemahan Metode Mastery
Learning, Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam, Faktor yang Mempengaruhi
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam, Jenis-jenis Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam, dan Tinjauan Teoretis Pengaruh Metode Mastery Learning terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam.
Bab III Metode Penelitian; Bab ini memuat Variabel Penelitian,
Definisi Operasional Variabel, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel
Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Uji Instrumen
Penelitian dan Teknik Analisis Data.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian; Bab ini terdiri atas Penyajian Data
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan
Metode Mastery Learning, Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang
Pembelajarannya Tanpa Menggunakan Metode Mastery Learning, Analisis Data
dan Pembahasan Hasil Penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran; terdiri atas Simpulan Hasil Penelitian dan Saran.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
K.
Jadwal
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yaitu pada bulan Januari sampai dengan
bulan Maret 2014. Untuk lebih jelasnya, kegiatan-kegiatan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Desember
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
|
||||||||||||||||
2
|
Persiapan
|
||||||||||||||||
3
|
Evaluasi
|
||||||||||||||||
4
|
Pengajuan
Judul
|
||||||||||||||||
5
|
Pengajuan
Proposal
|
||||||||||||||||
6
|
Seminar
Proposal
|
||||||||||||||||
7
|
Perbaikan
Proposal
|
||||||||||||||||
8
|
ACC
Proposal
|
||||||||||||||||
9
|
Pengumpulan
Data
|
||||||||||||||||
10
|
Analisis
Data
|
||||||||||||||||
11
|
Pengolahan
Data
|
||||||||||||||||
12
|
Penyusunan
Laporan
|
||||||||||||||||
13
|
Munaqasyah
|
||||||||||||||||
14
|
Revisi
Munaqayah
|
||||||||||||||||
15
|
Penjilidan
Laporan
|
||||||||||||||||
16
|
Penyerahan
Laporan
|
Minta daftar pustakanya donk... mau buat referensi buku...
BalasHapus