BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan kualitas sumber daya manusia
merupakan suatu agenda khusus pembangunan di Indonesia. Guna meningkatkan
kualitas masyarakat Indonesia prioritasnya para generasi muda Islam secara
menyuluruh supaya siap bersaing dengan masyarakat dari negara lain, maka
pendidikan agama jelas sangat dibutuhkan. Demikian itu karena agama merupakan
pegangan, rujukan, tempat konsultasi, penyeimbang dan pembawa kehangatan bagi
hubungan sesama manusia.
Jalur pendidikan agama merupakan salah
satu jalur pembinaan yang sangat potensial dan mutlak diperlukan, sebab pada
tataran realita bahwa pendidikan merupakan unsur utama dalam rangka pembangunan
sumber daya manusia prioritasnya generasi Islam Indonesia. Pendidikan Islam
yang mengidentifikasi sasaran dengan bersumberkan Al-Qur’an berusaha
mengantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Oleh
karena itu, secara khusus Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 15 ayat 1 menyebutkan, ”Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus”.
Salah satu bentuk pendidikan keagamaan
di Indonesia adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk membimbing kepribadian peserta didik
secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam
sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan di akherat. Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa
kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Islam bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadis Nabi saw bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya,yakni
manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta untuk memelihara
nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan seluruh kehidupannya
sebagaimana yang telah ditentukan allah dan rasul-Nya, demi kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat. Untuk memahami hakikat pendidikan Islam, maka harus
memahami unsur historis pendidikan Islam itu sendiri. Mempelajari sejarah pendidikan Islam sangatlah penting terutama bagi
pelajar-pelajar agama Islam dan pemimpin-pemimpin Islam pada era globalisasi
seperti saat sekarang ini. Dengan mempelajari sejarah pendidikan Islam akan dapat mengetahui sebab kemajuan maupun kemunduran Islam baik dari cara pendidikannya maupun cara ajarannya. Mempelajari
sejarah pendidikan Islam harus bermula dari generasi pertama yaitu pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad saw dan masa khulafaurrasyidin.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis
bermaksud mengadakan suatu kajian historis pendidikan agama Islam khususnya
pada masa Nabi Muhammad saw dan masa khulafaurrasyidin. Kajian ini dimaksudkan
untuk memperoleh pengetahuan secara komprehensif perkembangan pendidikan Islam
pada masa awal perkembangan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan
sesuai inti kajian makalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut?
1.
Bagaimanakah perkembangan pendidikan Islam
pada masa Nabi Muhammad saw?
2.
Bagaimanakah perkembangan pendidikan Islam
pada masa Khulafaurrasyidin?
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya objek pembahasan, maka
pada penulisan makalah ini dibatasi pada:
1.
Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad
saw periode Makkah dan Madinah yang meliputi pelaksanaan Pendidikan Islam,
lembaga, kurikulum dan metode pendidikan Islam.
2.
Pendidikan Islam pada masa
khulafaurrasyidin meliputi pelaksanaan Pendidikan Islam, lembaga, kurikulum dan
metode pendidikan Islam.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang
sedang penulis tempuh. Selain itu, sesuai judul makalah, maka penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui sejarah pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad
saw dan masa khulafaurrasyidin.
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan penulis maupun pembaca tentang historis atau sejarah pendidikan Islam.
Melalui makalah ini diharapkan akan diperoleh pemahaman tentang sejarah
pendidikan Islam sehingga dapat diambil ibrah
baik dari segi kelembagaan, kurikulum maupun metodologi pembelajaran.
Melalui kajian historis ini akan diperoleh pemahaman secara komprehensif
mengenai sejarah pendidikan Islam pada masa-masa awal perkembangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam pada Masa Nabi Muhammad
saw
Pendidikan Islam pada masa
rosululloh merupakan model pertama yang terus menerus dikembangkan umat Islam
untuk kepentingan pendidikan pada zamannya.
Nabi Muhammad saw melakukan pendidikan setelah
menerima perintah dari Allah
sebagaimana termaktub dalam surat Al- Muddatsir ayat 1-7 yang menyuruh atau mengajak. Perintah
menyuruh dan mengajak diartikan sebagai mendidik. Sejarah pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw terbagi menjadi dua
periode yaitu pendidikan Islam masa Rasulullah periode Makkah dan periode Madinah.
1. Periode Makkah
a. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Makkah
Nabi Muhammad saw mulai menerima wahyu dari Allah swt
sebagai petunjuk dan mendapatkan intruksi untuk malaksanakan tugasnya yakni denagn turunnya surat Al-’Alaq
yang kemudian disusul surat Al-Muddatsir
yang mana kedua wahyu tersebut memberi perintah dan petunjuk kepada beliau
tentang apa yang harus di lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap umatnya. Intisari ajaran Islam di Makkah adalah pendidikan agama dan
ahklak serta menganjurkan umatnya agar menggunakan
akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dalam
alam semesta. Pendidikan Islam periode Makkah merupakan anjuran pelaksanaan pendidikan aqliyah dan ilmiyah, sehingga dapat dikatakan bahwa
ciri pendidikan Islam di Makkah adalah yang bertitik beratkan
kepada penanaman nilai-nialai tauhid kedalam setiap indivudu muslim.
Pendidikan dan
pengajaran Islam yang diberikan Nabi Muhammad saw
selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan
kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah. Pembinaan pendidikan Islam pada di Makkah meliputi jenis pendidikan sebagai berikut:
1)
Pendidikan keagamaan yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan
dipersekutukan dengan nama berhala.
2)
Pendidikan akliyah
dan ilmiah yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3)
Pendidikan akhlak
dan budi pekerti yaitu Nabi Muhammad
saw mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran
tauhid.
4)
Pendidikan jasmani
atau kesehatan yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan
tempat kediaman.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa
pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw periode Makkah menekankan pada
terbinanya ajaran-ajaran tauhid. Selain itu, pendidikan juga ditekankan pada
pembelajaran akhlak untuk membina akhlak atau budi pekerti para sahabat.
Pendidikan Islam dilakukan secara naqliyah atau menganalisis berbagai nash serta
akliyah menekankan pada proses tadabur alam
serta pendidikan jasmani dan kesehatan.
b. Lembaga, Kurikulum dan Metode Pendidikan Islam Periode Makkah
Lembaga
pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua macam atau dua tempat yaitu rumah Arqam ibnu Arqam dan Kuttab. Kuttab sebagai lembaga
pendidikan terbagi dua sebagai berikut:
1)
Kuttab
berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan
sebagian besar gurunya adalah nonmuslim. Kuttab jenis ini merupakan lembaga
pendidikan yang dasar yang hanya mengajarkan baca tulis.
2)
Sebagai
pengajaran Al-Qur’an dan
dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks Al-Qur’an pada jenis kuttab ini setelah qurra
dan huffiazh yaitu ahli bacaan dan penghafal Al-Qur’an. Guru yang mengajarkannya adalah dari ummat Islam sendiri.
Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw dilakukan
dengan cara sangat sederhana. Kurikulum
pendidikan Islam pada periode Rasulullah di Makkah adalah Al-Qur’an, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi, situasi, kejadian maupun peristiwa
yang dialami umat Islam saat itu. Oleh karena itu, dalam praktiknya tidak saja
logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan pragmatis.
Pada fase Makkah terdapat tiga
macam inti sari materi pelajaran yang diberikan yaitu keimanan, ibadah, dan
akhlak. Pendidikan
keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa,
beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah, diwahyukan kepadanya Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat manusia. Pendidikan iabadah yang diperintahkan di Makkah adalah shalat, sebagai
pernyataan mengabdi kepada Allah, ungkapan syukur, membersihkan jiwa dan menghubungkan
hati kepada Allah. Pendidikan
akhlak
dilaksanakan dengan mengajarkan penduduk Makkah
yang telah masuk Islam agar melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil,
menepati janji, pemaaf, tawakal, bersyukur atas nikmat Allah, tolong menolong,
berbuat baik kepada ibu bapak, memberi makan orang miskin dan orang musafir dan
meninggalkan akhlak yang buruk.
Materi pendidikan sebagaimana tersebut diberikan
menggunakan berbagai metode pembelajaran. Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam mendidik
umat Islam pada periode Makkah adalah:
1)
Metode
ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan
penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya.
2)
Dialog,
misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az ibn Jabal ketika Mu’az akan
diutus sebagai kadi ke negeri Yaman, dialog antara Rasulullah dengan para
sahabat untuk mengatur strategi perang.
3)
Diskusi atau
tanya jawab; sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hokum,
kemudian Rasulullah menjawabnya.
4)
Metode
perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah
satu anggota tubuh, maka anggota tubuh lainnya akan turut merasakannya.
5)
Metode
kisah,misalnya kisah beliau isra’ dan mi’raj.
6)
Metode
pembiasaan, membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.
7)
Metode
hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-Qur’an dengan menghafalnya.
2. Periode Madinah
a. Pelaksanaan
Pendidikan Islam Periode Madinah
Setelah hijarah ke Madinah usaha pertama
adalah mendirikan Masjid serta di samping Masjid didirikan
rumah tempat tinggal Nabi saw. Pada
bagian sudut Masjid didirikan rumah untuk kaum miskin yang tidak memiliki tempat tinggal yang disebut suffah. Setelah selesai membangun tempat itu, maka di Masjid itulah Nabi saw mendirikan shalat berjam’ah. Bahkan di Masjid itulah Nabi saw membacakan Al-Qur’an
dan memberiakn pendidikan, pengajaran serta juga di buat musyawarah oleh Nabi
dan para sahabatnya. Oleh karena
itu,
kegiatan yang dilaksanakan oleh Nabi saw bersama umat Islam pada masa itu dalam rangka
pendidikan sosial dan politik yakni:
1)
Nabi Muhammad saw mengigkis habis sisa-sisa permusuhan antar suku dengan mengikat tali persaudaraan baik antara Muhajirin
dengan Muhajirin maupun Muhajirin denagn Anshor.
2)
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Nabi Muhammad saw menganjurkan kaum Muhajirin agar bekerja sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
3)
Untuk menjalin kerja sama dan saling tolong menolong
dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah
syari’at dan zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi masyarakat dalam
tanggung jawab jawab sosial baik secara material maupun moral.
4)
Disyari’atkan media komonikasi berdasarkan wahyu yaitu
shalat yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Oleh karena didalamnya juga ada khutbah dari Nabi swa shalat berjama’ah ternyata telah memupuk
solidaritas yang sangat tinggi dalam menagani masalah-masaah bersama.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat dikatakan bahwasanya pembinaan pendidikan di Madinah hakikatnya merupakan kelanjutan pendidikan tauhid di Makkah yaitu pendidikan dalam bidang sosial dan politik agar
dijiwai dengan ajaran tauhid, sehingga tingkah laku sosial politiknya merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai
kepala negara.
b. Lembaga
Pendidikan Islam
Ketika Rasulullah dan para
sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah
pembangunan sebuah Masjid. Masjid itulah pusat kegitan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin, untuk secara bersama membina masyarakat baru,
masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan
umat. Kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan
dan pengembangan masyarakat baru di Madinah adalah disyariatkannya media
komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat Jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah dan azan. Dengan shalat berjama’ah tersebut hampir seluruh masyarakat berkumpul untuk mendengar Nabi saw
berkhutbah dan shalat Jumat berjama’ah.
c. Materi dan Metode Pendidikan Islam di Madinah
Materi pendidikan yang diberikan pada fase Madinah lebih luas
dibandingkan periode Makkah. Materi pendidikan Islam periode Madinah dapat
diuraikan sebagai berikut:
1)
Pendidikan
ukhuwah antara kaum muslimin. Kaum muslim
dipersaudarakan karena Allah bukan karena yang lain. Sesuai dengan isi
konstitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman tidak boleh membiarkan
saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat di antara sesama mereka.
2)
Pendidikan
kesejahteraan social yaitu terjaminnya
kesejahteraan sosial, tergantung pada terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan
sehari-hari.
3)
Pendidikan
kesejahteraan keluarga kaum kerabat yaitu suami, istri dan anak-anaknya.
4)
Pendidikan
hankam dakwah Islam. Masyarakat kaum muslimin merupakan satu negara dibawah bimbingan Nabi Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia bertahap.
Materi pendidikan sebagaimana tersebut diberikan
menggunakan metode-metode tertentu. Metode Nabi saw melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama Islam di Madinah adalah
sebagai berikut:
a) Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat
Nabi Muhammad saw mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu
secara intern dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya sebagai
satu kesatuan politik. Dasar-dasar
tersebut adalah:
1)
Nabi Muhammad
saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin,
kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu
bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
2)
Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad saw menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk
berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing
seperti waktu di Makkah.
3)
Untuk
menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur,
turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara
materil maupun moral.
4)
Suatu
kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat
baru di Madinah adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu
yaitu shalat Juma’t yang dilaksanakan secara
berjama’ah dan adzan.
5)
Rasa harga
diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad saw menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul
Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai
umat yang memiliki identitas.
Setelah selesai Nabi Muhammad
mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi Muhammad
saw mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam
perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong-
menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah.
Mereka harus memperhatikan negeri
bersama-sama kaum Muslimin. Disamping itu, kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut
kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw.
b) Pendidikan Sosial Politik dan
Kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan
kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan
dengan ayat-ayat yang turun selama
periode Madinah. Tujuan
pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah
diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam
kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c) Pendidikan Anak dalam Islam
Anak dalam konsepsi Islam merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw
dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke
seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak
peringatan-peringatan dalam Al-Qur’an berkaitan
dengan itu. Adapun garis-garis besar
materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah saw dalam surat Luqman ayat 13-19 meliputi pendidikan tauhid, pendidikan
shalat, pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, pendidikan kepribadian, pendidikan kesehatan, dan pendidikan
akhlak.
B. Pendidikan Islam pada Masa
Khulafaurrasyidin
Setelah
Rasulullah wafat, kekuasaan pemerintah Islam secara bergantian dipegang oleh
Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Pada masa
empat khalifah ini wilayah Islam telah meluas diluar jazirah Arab, yang
meliputi Mesir, Persia, Syria, dan Irak. Para kahalifah ini disamping
memikirkan perluasan wilayah Islam mereka juga memberikan perhatian pada pendidikan
demi syarnya agama dan kokohnya negara Islam.
1.
Pada Masa Khalifah Abu Bakar
Pada awal kehalifahan Abu Bakar telah diguncang
pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang yang mengaku sebagai Nabi, dan
orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Pada awal kekuasaannya, Abu Bakr
memusatkan konsentrasinya untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan
keamanan dan dapat mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imanya untuk
menyimpang dari Islam. Pemberontakan orang-orang murtad, Nabi-nabi palsu, dan
orang-orang yang enggan membayar zakat membuat umat Islam kurang memberikan
perhatian terhadap pendidikan Islam.
Dari segi materi pendidikan Islam
terdiri dari atas:
a) Pendidikan
keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
b) Pendidikan
akhlaq, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam
masyarakat.
c) Pendidikan
ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji.
d) Kesehatan
seperti tenteng kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk
memperkuat jasmani dan rohani.
Lembaga untuk belajar membaca menulis
ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah Masjid. Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu bakar dan
pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak
sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga
pendidikan iIslam adalah Masjid, Masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan
rohani, sebagai shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
2.
Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab kondisi
politik dalam keadaan setabil. Melanjutkan kebijaksanaan Abu Bakr, Umar bin
Khatab mengirim pasukan untuk memperluas wilayah Islam. Ekspansi Islam dimasa
Umar bin Khatab mencapai hasil yang gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia,
Palestina, Syria, Irak, Persia dan Mesir. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai
keluar jazirah Arab, penguasa memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah di luar
jazirah Arab karena bangsa-bangsa tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang
berbeda dengan Islam. Untuk itu, Umar memerintahkan panglima-panglima apabila
mereka berhasil menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan Masjid
sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha pendidikan itu, Khalifah
Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang di
taklukan,yang bertugas mengajarkan isi A-Qur’an dan ajaran Islam kepada
penduduk yang baru masuk Islam.
Pada masa Khalifah Umar, Shahabat-shahabat
besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan memiliki pengaruh besar, dilarang keluar Madinah
kecuali atas izin Khalifah dan hanya dalam waktu yang terbatas. Dengan demikian,
penyebaran ilmu para shahabat besar terpusatkan di Madinah sehingga kota
tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuan Islam. Meluasnya kekuasaan
Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang
baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-shahabat yang menerima
langsung dari Nabi, khususnya manyangkut Hadits Rasul sebagai salah satu sumber
agama yang belum terbukukan dan hanya ada dalam ingatan para shahabat. Sejak
masa ini, telah terjadi mobilitas penuntut Ilmu dari daerah-daerah jauh menuju
Madinah sebagai pusat Ilmu Agama Islam.
Tuntutan untuk belajar bahasa Arab juga
sudah nampak dalam pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar. Dikuasainya
wilayah-wilayah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar
bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di wilayah-wilayah tersebut. Orang-orang
yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang baru ditaklukan harus belajar bahasa
Arab jika mereka ingin belajar dan mendalami pengetahuan Islam. Oleh karena itu,
masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
3.
Pada Masa Khalifah Usman bin Affan
Pada masa khalifah Usman pelaksanaan pendidikan
Islam tidak berbeda jauh dengan masa sebelumnya. Pada masa ini pendidikannya
melanjutkan apa yang telah ada. Sedikit perubahan telah mewarnai pelaksaan
pendidikan Islam. Para shahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah
yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa Khalifah Umar, diberikan
kelonggaran untuk keluar dan menetap didaerah daerah yang mereka sukai. Usaha
kongkrit di bidang pendidikan Islam
belum dikembangkan oleh Khalifah Usman. Khalifah merasa sudah cukup dengan
pendidikan yang sudah berjalan. Namun begitu, satu usaha cemerlang telah
terjadi dimasa ini yaitu mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.
Proses pelaksanaan pendidikan pada masa
Usman lebih ringan dan mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang menuntut
dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada
masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat. Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman
bin Affan diserahkan umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak megangkat
guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya
mengharap ridho Allah.
4.
Pada Masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib
Pada masa Ali bin Abi thalib telah
terjadi pemberontakan, sehingga di masa Ali berkuasa pemerintahannya tidak
stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam
mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan
masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian, pola pendidikan
pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan masa Nabi yang menekan pada
pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan
hadis Nabi.
Sistem
pendidikan pada masa Khulafaurrosyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola
oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang turut campur
dalsm menambahkan kurikulum di lembaga kuttab. Para shahabat yang memiliki
pengetahuan keagamaan membuka majlis pendidikan masing-masng, sehingga pada
masa Abu Bakar misalnya lembaga pendidikan kuttab mencapai tingkat kemajuan
yang berarti. Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi ketika masyarakat Muslim
telah menaklukan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang
telah maju. Ketika peserta didik selesai mengikuti pendidikan dikuttab mereka
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni di Masjid. Di Masjid
ini ada dua tingkat, yakni tingkat menengah dan tingkat tinggi. Perbedaan
diantara pendidikan itu adalah kualitas gurunya. Pada tingkat menegah gurunya
belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi para pengajarnya
adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan
dan kealiman yang diakui masyarakat.
Pusat-pusat
pendidikan pada masa khulafaurrasyidin tidak hanya di Madinah, tetapi menyebar
diberbagai kota seperti kota Makkah dan Madinah, kota Bashrah dan Kuffah, kota
Damsyik dan Palestina dan kota Fisstat Mesir. Di pusat-pusat daerah inilah
pendidikan Islam berkembang secara pesat. Materi pendidikan yang diajarkan pada
masa Khalifaurrasyidin sebelum masa umar bin khattab untuk kuttab adalah:
a) Belajar
membaca dan menulis
b) Membaca
Al-Qur’an dan menghafalnya
c) Belajar
pokok-pokok agama, seperti cara wudlu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ketika
Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah ia mengintruksikan pada penduduk
kota agar anak-anak diajarkan sebagai berikut:
a) Berenang
b) Mengendarai
onta
c) Memanah
d) Membaca
dan menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa
Sedangkan
materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi pada masa khulafaurrasyidin
adalah:
a) Al-Qur’an
dan Tafsirnya
b) Hadits
dan mengumpulkan
c) Fiqih
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sejarah
pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw dan masa khulafaurrasyidin dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Sejarah pendidikan Islam pada masa Nabi
Muhammad saw terbagi menjadi dua periode yaitu periode Makkah dan Madinah.
Pembelajaran dilaksanakan di Masjid serta khuttab yaitu suatu tempat yang
digunakan untuk belajar. Pokok
pembinaan pendidikan Islam di kota
Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai
tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar
tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari. Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai
pendidikan sosial dan politik sebagai kelanjutan
dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial
dan politik agar dijiwai oleh ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid
tersebut.
2.
Sistem pendidikan pada masa Khulafaurrosyidin
dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah
Umar bin Khattab yang turut campur dalsm menambahkan kurikulum di lembaga
kuttab. Para shahabat yang memiliki pengetahuan keagamaan membuka majlis
pendidikan masing-masng, sehingga pada masa Abu Bakar misalnya lembaga
pendidikan kuttab mencapai tingkat kemajuan yang berarti. Kemajuan lembaga
kuttab ini terjadi ketika masyarakat Muslim telah menaklukan beberapa daerah
dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Ketika peserta didik
selesai mengikuti pendidikan dikuttab mereka melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi yakni di Masjid. Di Masjid ini ada dua tingkat, yakni tingkat
menengah dan tingkat tinggi. Perbedaan diantara pendidikan itu adalah kualitas gurunya.
Pada tingkat menegah gurunya belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada
tingkat tinggi para pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang
mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui masyarakat.
B. Saran
Sebagai umat Islam hendakya dapat
mengetahui sejarah perkembangan pendidikan Islam pada awal perkembangannya
sebagai benteng dari perkembangan dunia pendidikan di abad modern. Umat Islam
harus dapat mengambil ibrah atau
pelajaran dari sejarah perkembangan umat serta pendidikan Islam yaitu dengan
terus berpegang teguh pada sistem serta metodologi pembelajaran yang telah
dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw maupun para sahabat-sahabat generasi
pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Arief,
Armae. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Azra,
Ayumardi. 2000. Perkembangan Pendidikan
Islam. Jakarta: Yayasan Obor Wacana Ilmu.
Depdiknas.
2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Depdiknas.
Nata,
Abuddin. 2005. Sejarah Perkembangan
Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nazar,
Samsul. 2006. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Media Group.
Patoni,
Achmad. 2004. Metodologi Pendidikan
Islam. Jakarta: Bina Ilmu.
Qomar,
Mujammil. 2005. Meniti Jalan Pendidikan
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yunus,
Mahmud. 2001. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Zuhairini.
1999. Metodik Khusus Pendidikan Islam. Malang:
YPIF Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar