Jumat, 21 Maret 2014

PENDIDIKAN ISLAM MASA NABI SAW DAN KHULAFAURRASYIDIN



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pembangunan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu agenda khusus pembangunan di Indonesia. Guna meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia prioritasnya para generasi muda Islam secara menyuluruh supaya siap bersaing dengan masyarakat dari negara lain, maka pendidikan agama jelas sangat dibutuhkan. Demikian itu karena agama merupakan pegangan, rujukan, tempat konsultasi, penyeimbang dan pembawa kehangatan bagi hubungan sesama manusia.
Jalur pendidikan agama merupakan salah satu jalur pembinaan yang sangat potensial dan mutlak diperlukan, sebab pada tataran realita bahwa pendidikan merupakan unsur utama dalam rangka pembangunan sumber daya manusia prioritasnya generasi Islam Indonesia. Pendidikan Islam yang mengidentifikasi sasaran dengan bersumberkan Al-Qur’an berusaha mengantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Oleh karena itu, secara khusus Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 ayat 1 menyebutkan, ”Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus”.
Salah satu bentuk pendidikan keagamaan di Indonesia adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk membimbing kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan di akherat. Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi saw bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya,yakni manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan seluruh kehidupannya sebagaimana yang telah ditentukan allah dan rasul-Nya, demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Untuk memahami hakikat pendidikan Islam, maka harus memahami unsur historis pendidikan Islam itu sendiri. Mempelajari sejarah pendidikan Islam sangatlah penting terutama bagi pelajar-pelajar agama Islam dan pemimpin-pemimpin Islam pada era globalisasi seperti saat sekarang ini. Dengan mempelajari sejarah pendidikan Islam akan dapat mengetahui sebab kemajuan maupun kemunduran Islam baik dari cara pendidikannya maupun cara ajarannya. Mempelajari sejarah pendidikan Islam harus bermula dari generasi pertama yaitu pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad saw dan masa khulafaurrasyidin.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud mengadakan suatu kajian historis pendidikan agama Islam khususnya pada masa Nabi Muhammad saw dan masa khulafaurrasyidin. Kajian ini dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan secara komprehensif perkembangan pendidikan Islam pada masa awal perkembangan Islam.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan sesuai inti kajian makalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut?
1.         Bagaimanakah perkembangan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw?
2.         Bagaimanakah perkembangan pendidikan Islam pada masa Khulafaurrasyidin?

C.      Batasan Masalah
Mengingat luasnya objek pembahasan, maka pada penulisan makalah ini dibatasi pada:
1.         Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw periode Makkah dan Madinah yang meliputi pelaksanaan Pendidikan Islam, lembaga, kurikulum dan metode pendidikan Islam.
2.         Pendidikan Islam pada masa khulafaurrasyidin meliputi pelaksanaan Pendidikan Islam, lembaga, kurikulum dan metode pendidikan Islam.

D.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang sedang penulis tempuh. Selain itu, sesuai judul makalah, maka penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw dan masa khulafaurrasyidin.

E.       Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis maupun pembaca tentang historis atau sejarah pendidikan Islam. Melalui makalah ini diharapkan akan diperoleh pemahaman tentang sejarah pendidikan Islam sehingga dapat diambil ibrah baik dari segi kelembagaan, kurikulum maupun metodologi pembelajaran. Melalui kajian historis ini akan diperoleh pemahaman secara komprehensif mengenai sejarah pendidikan Islam pada masa-masa awal perkembangan Islam.











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pendidikan Islam pada Masa Nabi Muhammad saw
Pendidikan Islam pada masa rosululloh merupakan model pertama yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad saw melakukan pendidikan setelah menerima perintah dari Allah sebagaimana termaktub dalam surat Al- Muddatsir ayat 1-7 yang menyuruh atau mengajak. Perintah menyuruh dan mengajak diartikan sebagai mendidik. Sejarah pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw terbagi menjadi dua periode yaitu pendidikan Islam masa Rasulullah periode Makkah dan periode Madinah.
1.    Periode Makkah
a.    Pelaksanaan Pendidikan Islam di Makkah
Nabi Muhammad saw mulai menerima wahyu dari Allah swt sebagai petunjuk dan mendapatkan intruksi untuk malaksanakan tugasnya yakni denagn turunnya surat Al-Alaq yang kemudian disusul surat Al-Muddatsir yang mana kedua wahyu tersebut memberi perintah dan petunjuk kepada beliau tentang apa yang harus di lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap umatnya. Intisari ajaran Islam di Makkah adalah pendidikan agama dan ahklak serta menganjurkan umatnya agar menggunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dalam alam semesta. Pendidikan Islam periode Makkah merupakan anjuran pelaksanaan pendidikan aqliyah dan ilmiyah, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri pendidikan Islam di Makkah adalah yang bertitik beratkan kepada penanaman nilai-nialai tauhid kedalam setiap indivudu muslim.
Pendidikan dan pengajaran Islam yang diberikan Nabi Muhammad saw selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah. Pembinaan pendidikan Islam pada di Makkah meliputi jenis pendidikan sebagai berikut:
1)        Pendidikan keagamaan yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2)        Pendidikan akliyah dan ilmiah yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3)        Pendidikan akhlak dan budi pekerti yaitu Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4)        Pendidikan jasmani atau kesehatan yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw periode Makkah menekankan pada terbinanya ajaran-ajaran tauhid. Selain itu, pendidikan juga ditekankan pada pembelajaran akhlak untuk membina akhlak atau budi pekerti para sahabat. Pendidikan Islam dilakukan secara naqliyah atau menganalisis berbagai nash serta akliyah menekankan pada proses tadabur alam serta pendidikan jasmani dan kesehatan.
b.   Lembaga, Kurikulum dan Metode Pendidikan Islam Periode Makkah
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua macam atau dua tempat yaitu rumah Arqam ibnu Arqam dan Kuttab. Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua sebagai berikut:
1)        Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim. Kuttab jenis ini merupakan lembaga pendidikan yang dasar yang hanya mengajarkan baca tulis.
2)        Sebagai pengajaran Al-Quran dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks Al-Quran pada jenis kuttab ini setelah qurra dan huffiazh yaitu ahli bacaan dan penghafal Al-Quran. Guru yang mengajarkannya adalah dari ummat Islam sendiri.
Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw dilakukan dengan cara sangat sederhana. Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah di Makkah adalah Al-Quran, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi, situasi, kejadian maupun peristiwa yang dialami umat Islam saat itu. Oleh karena itu, dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan pragmatis.
Pada fase Makkah terdapat tiga macam inti sari materi pelajaran yang diberikan yaitu keimanan, ibadah, dan akhlak. Pendidikan keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa, beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah, diwahyukan kepadanya Al-Quran sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat manusia. Pendidikan iabadah yang diperintahkan di Makkah adalah shalat, sebagai pernyataan mengabdi kepada Allah, ungkapan syukur, membersihkan jiwa dan menghubungkan hati kepada Allah. Pendidikan akhlak dilaksanakan dengan mengajarkan penduduk Makkah yang telah masuk Islam agar melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil, menepati janji, pemaaf, tawakal, bersyukur atas nikmat Allah, tolong menolong, berbuat baik kepada ibu bapak, memberi makan orang miskin dan orang musafir dan meninggalkan akhlak yang buruk.
Materi pendidikan sebagaimana tersebut diberikan menggunakan berbagai metode pembelajaran. Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam mendidik umat Islam pada periode Makkah adalah:
1)        Metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya.
2)        Dialog, misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman, dialog antara Rasulullah dengan para sahabat untuk mengatur strategi perang.
3)        Diskusi atau tanya jawab; sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hokum, kemudian Rasulullah menjawabnya.
4)        Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh, maka anggota tubuh lainnya akan turut merasakannya.
5)        Metode kisah,misalnya kisah beliau isra’ dan mi’raj.
6)        Metode pembiasaan, membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.
7)        Metode hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-Quran dengan menghafalnya.

2.    Periode Madinah
a.    Pelaksanaan Pendidikan Islam Periode Madinah
Setelah hijarah ke Madinah usaha pertama adalah mendirikan Masjid serta di samping Masjid didirikan rumah tempat tinggal Nabi saw. Pada bagian sudut Masjid didirikan rumah untuk kaum miskin yang tidak memiliki tempat tinggal yang disebut suffah. Setelah selesai membangun tempat itu, maka di Masjid itulah Nabi saw mendirikan shalat berjam’ah. Bahkan di Masjid itulah Nabi saw membacakan Al-Qur’an dan memberiakn pendidikan, pengajaran serta juga di buat musyawarah oleh Nabi dan para sahabatnya. Oleh karena itu, kegiatan yang dilaksanakan oleh Nabi saw bersama umat Islam pada masa itu dalam rangka pendidikan sosial dan politik yakni:
1)        Nabi Muhammad saw mengigkis habis sisa-sisa permusuhan antar suku dengan mengikat tali persaudaraan baik antara Muhajirin dengan Muhajirin maupun Muhajirin denagn Anshor.
2)        Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Nabi Muhammad saw menganjurkan kaum Muhajirin agar bekerja sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3)        Untuk menjalin kerja sama dan saling tolong menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at dan zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi masyarakat dalam tanggung jawab jawab sosial baik secara material maupun moral.
4)        Disyari’atkan media komonikasi berdasarkan wahyu yaitu shalat yang dilaksanakan secara berjamaah dan adzan. Oleh karena didalamnya juga ada khutbah dari Nabi swa shalat berjamaah ternyata telah memupuk solidaritas yang sangat tinggi dalam menagani masalah-masaah bersama.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwasanya pembinaan pendidikan di Madinah hakikatnya merupakan kelanjutan pendidikan tauhid di Makkah yaitu pendidikan dalam bidang sosial dan politik agar dijiwai dengan ajaran tauhid, sehingga tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
b.   Lembaga Pendidikan Islam
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah Masjid. Masjid itulah pusat kegitan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin, untuk secara bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah adalah disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat Jumat yang dilaksanakan secara berjamaah dan azan. Dengan shalat berjamaah tersebut hampir seluruh masyarakat berkumpul untuk mendengar Nabi saw berkhutbah dan shalat Jumat berjamaah.
c.    Materi dan Metode Pendidikan Islam di Madinah
Materi pendidikan yang diberikan pada fase Madinah lebih luas dibandingkan periode Makkah. Materi pendidikan Islam periode Madinah dapat diuraikan sebagai berikut:
1)        Pendidikan ukhuwah antara kaum muslimin. Kaum muslim dipersaudarakan karena Allah bukan karena yang lain. Sesuai dengan isi konstitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat di antara sesama mereka.
2)        Pendidikan kesejahteraan social yaitu terjaminnya kesejahteraan sosial, tergantung pada terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari.
3)        Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat yaitu suami, istri dan anak-anaknya.
4)        Pendidikan hankam dakwah Islam. Masyarakat kaum muslimin merupakan satu negara dibawah bimbingan Nabi Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia bertahap.
Materi pendidikan sebagaimana tersebut diberikan menggunakan metode-metode tertentu. Metode Nabi saw melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama Islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a)   Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat
Nabi Muhammad saw mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya sebagai satu kesatuan politik. Dasar-dasar tersebut adalah:
1)        Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
2)        Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad saw menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3)        Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
4)        Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu yaitu shalat Juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan.
5)        Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad saw menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi Muhammad saw mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin. Disamping itu, kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
b)   Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c)    Pendidikan Anak dalam Islam
Anak dalam konsepsi Islam merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-Qur’an berkaitan dengan itu. Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah saw dalam surat Luqman ayat 13-19 meliputi pendidikan tauhid, pendidikan shalat, pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, pendidikan kepribadian, pendidikan kesehatan, dan pendidikan akhlak.

B.  Pendidikan Islam pada Masa Khulafaurrasyidin
Setelah Rasulullah wafat, kekuasaan pemerintah Islam secara bergantian dipegang oleh Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Pada masa empat khalifah ini wilayah Islam telah meluas diluar jazirah Arab, yang meliputi Mesir, Persia, Syria, dan Irak. Para kahalifah ini disamping memikirkan perluasan wilayah Islam mereka juga memberikan perhatian pada pendidikan demi syarnya agama dan kokohnya negara Islam.
1.    Pada Masa Khalifah Abu Bakar
Pada awal kehalifahan Abu Bakar telah diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang yang mengaku sebagai Nabi, dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Pada awal kekuasaannya, Abu Bakr memusatkan konsentrasinya untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan dan dapat mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imanya untuk menyimpang dari Islam. Pemberontakan orang-orang murtad, Nabi-nabi palsu, dan orang-orang yang enggan membayar zakat membuat umat Islam kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan Islam.
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari atas:
a)    Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
b)   Pendidikan akhlaq, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat.
c)    Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji.
d)   Kesehatan seperti tenteng kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah Masjid. Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan iIslam adalah Masjid, Masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, sebagai shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
2.    Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab kondisi politik dalam keadaan setabil. Melanjutkan kebijaksanaan Abu Bakr, Umar bin Khatab mengirim pasukan untuk memperluas wilayah Islam. Ekspansi Islam dimasa Umar bin Khatab mencapai hasil yang gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syria, Irak, Persia dan Mesir. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar jazirah Arab, penguasa memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah di luar jazirah Arab karena bangsa-bangsa tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda dengan Islam. Untuk itu, Umar memerintahkan panglima-panglima apabila mereka berhasil menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan Masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha pendidikan itu, Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang di taklukan,yang bertugas mengajarkan isi A-Qur’an dan ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Pada masa Khalifah Umar, Shahabat-shahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan memiliki  pengaruh besar, dilarang keluar Madinah kecuali atas izin Khalifah dan hanya dalam waktu yang terbatas. Dengan demikian, penyebaran ilmu para shahabat besar terpusatkan di Madinah sehingga kota tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuan Islam. Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-shahabat yang menerima langsung dari Nabi, khususnya manyangkut Hadits Rasul sebagai salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan hanya ada dalam ingatan para shahabat. Sejak masa ini, telah terjadi mobilitas penuntut Ilmu dari daerah-daerah jauh menuju Madinah sebagai pusat Ilmu Agama Islam.
Tuntutan untuk belajar bahasa Arab juga sudah nampak dalam pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar. Dikuasainya wilayah-wilayah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di wilayah-wilayah tersebut. Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang baru ditaklukan harus belajar bahasa Arab jika mereka ingin belajar dan mendalami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
3.    Pada Masa Khalifah Usman bin Affan
Pada masa khalifah Usman pelaksanaan pendidikan Islam tidak berbeda jauh dengan masa sebelumnya. Pada masa ini pendidikannya melanjutkan apa yang telah ada. Sedikit perubahan telah mewarnai pelaksaan pendidikan Islam. Para shahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa Khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap didaerah daerah yang mereka sukai. Usaha kongkrit di bidang pendidikan  Islam belum dikembangkan oleh Khalifah Usman. Khalifah merasa sudah cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan. Namun begitu, satu usaha cemerlang telah terjadi dimasa ini yaitu mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.
Proses pelaksanaan pendidikan pada masa Usman lebih ringan dan mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman bin Affan diserahkan umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak megangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya mengharap ridho Allah.
4.    Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa Ali bin Abi thalib telah terjadi pemberontakan, sehingga di masa Ali berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadis Nabi.
Sistem pendidikan pada masa Khulafaurrosyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang turut campur dalsm menambahkan kurikulum di lembaga kuttab. Para shahabat yang memiliki pengetahuan keagamaan membuka majlis pendidikan masing-masng, sehingga pada masa Abu Bakar misalnya lembaga pendidikan kuttab mencapai tingkat kemajuan yang berarti. Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi ketika masyarakat Muslim telah menaklukan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Ketika peserta didik selesai mengikuti pendidikan dikuttab mereka melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni di Masjid. Di Masjid ini ada dua tingkat, yakni tingkat menengah dan tingkat tinggi. Perbedaan diantara pendidikan itu adalah kualitas gurunya. Pada tingkat menegah gurunya belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi para pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui masyarakat.
Pusat-pusat pendidikan pada masa khulafaurrasyidin tidak hanya di Madinah, tetapi menyebar diberbagai kota seperti kota Makkah dan Madinah, kota Bashrah dan Kuffah, kota Damsyik dan Palestina dan kota Fisstat Mesir. Di pusat-pusat daerah inilah pendidikan Islam berkembang secara pesat. Materi pendidikan yang diajarkan pada masa Khalifaurrasyidin sebelum masa umar bin khattab untuk kuttab adalah:
a)    Belajar membaca dan menulis  
b)   Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
c)    Belajar pokok-pokok agama, seperti cara wudlu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah ia mengintruksikan pada penduduk kota agar anak-anak diajarkan sebagai berikut:
a)    Berenang
b)   Mengendarai onta
c)    Memanah
d)   Membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi pada masa khulafaurrasyidin adalah:
a)    Al-Qur’an dan Tafsirnya
b)   Hadits dan mengumpulkan
c)    Fiqih











BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sejarah pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw dan masa khulafaurrasyidin dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.         Sejarah pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw terbagi menjadi dua periode yaitu periode Makkah dan Madinah. Pembelajaran dilaksanakan di Masjid serta khuttab yaitu suatu tempat yang digunakan untuk belajar. Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik sebagai kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
2.         Sistem pendidikan pada masa Khulafaurrosyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang turut campur dalsm menambahkan kurikulum di lembaga kuttab. Para shahabat yang memiliki pengetahuan keagamaan membuka majlis pendidikan masing-masng, sehingga pada masa Abu Bakar misalnya lembaga pendidikan kuttab mencapai tingkat kemajuan yang berarti. Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi ketika masyarakat Muslim telah menaklukan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Ketika peserta didik selesai mengikuti pendidikan dikuttab mereka melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni di Masjid. Di Masjid ini ada dua tingkat, yakni tingkat menengah dan tingkat tinggi. Perbedaan diantara pendidikan itu adalah kualitas gurunya. Pada tingkat menegah gurunya belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi para pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui masyarakat.

B.       Saran
Sebagai umat Islam hendakya dapat mengetahui sejarah perkembangan pendidikan Islam pada awal perkembangannya sebagai benteng dari perkembangan dunia pendidikan di abad modern. Umat Islam harus dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari sejarah perkembangan umat serta pendidikan Islam yaitu dengan terus berpegang teguh pada sistem serta metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw maupun para sahabat-sahabat generasi pertama.


















DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armae. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azra, Ayumardi. 2000. Perkembangan Pendidikan Islam. Jakarta: Yayasan Obor Wacana Ilmu.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Depdiknas.

Nata, Abuddin. 2005. Sejarah Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nazar, Samsul. 2006. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Media Group.

Patoni, Achmad. 2004. Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Ilmu.

Qomar, Mujammil. 2005. Meniti Jalan Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yunus, Mahmud. 2001. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Zuhairini. 1999. Metodik Khusus Pendidikan Islam. Malang: YPIF Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar